REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Pemimpinde facto Uni Emirat Arab (UEA) sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahayan memperingatkan, keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dapat memberikan jalur kehidupan bagi militan. Setelah kemunduran yang mereka derita tahun ini.
Putra Mahkota Abu Dhabi itu juga mengatakan bahwa UEA berharap Washington akan mempertimbangkan kembali keputusannya tersebut. "Langkah AS bisa melemparkan sebuah pelampung (untuk berenang) kepada kelompok teroris dan bersenjata, yang mulai kehilangan tanah di wilayah tersebut," kata Sheikh Mohammed yang berbicara dengan delegasi dari Washington Institute fo Near East Policy, yang diterbitkan kantor berita negara WAM pada Sabtu (10/12) malam waktu setempat.
Warga Palestina menginginkan Yerusalem Timur Arab, yang diduduki Israel dalam perang TimurTengah 1967, untuk menjadi ibu kota negara yang merdeka yang mereka harapkan akan muncul dari perundingan damai dengan Israel. Di mana Israel telah mencaplok Yerusalem Timur dalam sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional dan menganggap wilayah tersebut sebagai bagian dari ibu kotanya.
Sheikh Mohammed mengatakan keputusan sepihak Trump melanggar resolusi PBB dan mendesak Washington untuk mempertimbangkan kembali langkahnya dan bekerja secara efekttif dan netral untuk merancang prinsip-prinsip sejati untuk perdamaian yang melayani semua dan mewujudkan pembangunan dan stabilitas di wilayah ini.