Senin 11 Dec 2017 08:11 WIB

Tiga Orang Ditangkap Terkait Serangan Bom di Sinagog Swedia

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Sebuah sinagog dilempari bom molotov di Gothenburg, Swedia, Sabtu malam (9/12).
Foto: Adam Ihse/TT News Agency via AP
Sebuah sinagog dilempari bom molotov di Gothenburg, Swedia, Sabtu malam (9/12).

REPUBLIKA.CO.ID, GOTHENBURG -- Polisi Swedia menahan tiga orang pada Ahad (10/12), setelah sekelompok pria bertopeng melemparkan bom molotov ke sebuah sinagog di kota pelabuhan Gothenburg, Swedia. Serangan itu dilaporkan terjadi pada Sabtu malam (9/12).

Serangan bom membuat halaman sinagog terbakar, namun bangunan tidak terdampak dan tidak ada yang terluka. Pihak berwenang mengatakan orang-orang yang berkumpul di tempat tersebut langsung menyelamatkan diri ke tempat yang aman di ruang bawah tanah.

"Ini mungkin merupakan kejahatan kebencian. Mereka mencoba membakar bangunan dengan sengaja. Tapi dugaan ini bisa berubah selama penyelidikan," ujar juru bicara polisi, Ulla Brehm, dikutip New York Times.

Komisioner Otoritas Kepolisian, Dan Eliasson, mengatakan kepada surat kabar Aftonbladet, tingkat ancaman terhadap Yahudi di Swedia telah meningkat sejak Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Serangan di Gothenburg terjadi sehari setelah para demonstran turun ke jalan-jalan di Malmo, kota terbesar ketiga di Swedia, untuk meneriakkan slogan-slogan tentang pembunuhan atau penembakan orang-orang Yahudi.

Kepala sinagog Allan Stutzinsky yang menyaksikan serangan tersebut mengatakan kepada surat kabar Dagens Nyheter, sekitar 10 pemuda berkumpul di luar gerbang. Mereka mulai membakar sejumlah benda dan melemparkannya ke arah rumah ibadat itu.

"Mereka bertopeng dan membakar barang-barang, kemudian melemparkannya ke pintu gerbang halaman. Ada kebakaran sebenarnya di halaman, tapi hujan deras muncul dan api padam dengan cukup cepat," ujar Stutzinsky.

Brehm, juru bicara polisi di Region West, mengatakan petugas kepolisian Gothenburg menerima telepon tentang serangan tersebut setelah pukul 22.00 malam, Sabtu (9/12). Dia mengatakan para tersangka mengenakan pakaian hitam dan memakai hoodie (tudung).

"Mereka kabur, dan tak lama kemudian kami berhasil menahan tiga dari mereka," ungkap Brehm.

Para pemimpin Swedia mengutuk serangan terhadap sinagog tersebut. "Tidak ada tempat untuk anti-Semitisme di masyarakat Swedia. Pelakunya akan bertanggung jawab atas kejahatan mereka," ujar Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven, Ahad (10/12).

"Serangan terhadap sinagog di Gothenburg dan ancaman kekerasan terhadap orang-orang Yahudi di Malmo sangat menyedihkan dan sama sekali tidak dapat diterima. Anti-semitisme, ancaman, dan kekerasan tidak memiliki tempat di masyarakat kita," tambah Menteri Luar Negeri Swedia Margot Wallstrom.

Calle Persson, juru bicara kepolisian di Malmo, mengatakan sekitar 200 orang berkumpul di alun-alun Mollevangstorget di Malmo tengah pada Jumat (8/12) siang untuk berdemonstrasi melawan Israel. "Mereka membawa bendera Palestina. Mereka bernyanyi dan berteriak akan menembak orang Yahudi," kata dia.

Unjuk rasa juga terjadi di luar Kedutaan Besar AS di Stockholm pada Sabtu (9/12). Namun dalam unjuk rasa ini, juru bicaranya yang mengenakan syal Palestina mengatakan mereka tidak mendukung anti-semitisme. ,"Tidak ada tempat untuk anti-semitisme di sini. Siapa pun yang mengekspresikan sentimen itu harus pergi," ungkapnya.

Fredrik Sieradzki, juru bicara Pusat Komunitas Yahudi di Malmo, mengatakan ancaman terhadap orang-orang Yahudi telah meningkat setelah demonstrasi. Dia mengatakan para pemimpin Yahudi baru-baru ini telah bertemu dengan perwakilan organisasi Muslim dan Palestina di Malmo.

"Mereka ingin menunjukkan mereka tidak menerima kekerasan, ancaman kekerasan atau diskriminasi terhadap orang-orang Yahudi di Malmo," kata Sieradzki.

Populasi Yahudi di Swedia berjumlah sekitar 18 ribu orang, menurut Jewish Museum di Stockholm. Kepala polisi Gothenburg mengatakan orang-orang Yahudi di Swedia mungkin akan menjadi korban serangan ekstremis sayap kiri yang marah kepada Israel, dari kelompok sayap kanan anti-Semit atau dari kelompok ekstremis Muslim.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement