REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR --Warga Malaysia memboikot restoran waralaba cepat saji asal Amerika Serikat (AS) McDonald's karena pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyebut akan memindahkan kedutaan besar (Kedubes) AS untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Kota Yerusalem merupakan tempat penting juga bagi umat Muslim seluruh dunia. Salah satu pengguna Twitter @TheUsopIbrahim menuliskan McDonald's milik AS menyalurkan dana ke Israel. Postingan tersebut telah diretweet sebanyak 320 kali dan disukai lebih dari 138 orang.
McDonald's kecewa dengan seruan boikot tersebut. McDonald's Malaysia dalam sebuah pernyataan di akun Facebook pada Sabtu (9/12) menegaskan tidak memberi dukungan atau terlibat dalam konflik politik maupun agama.
"Klaim dana McDonald's ke Israel adalah tuduhan palsu, kebohongan dan fitnah. Tuduhan yang dibuat oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dalam pesan Facebook, Whatsapp juga tidak berdasar," kata direktur manajer dan mitra operasi waralaba Gerbang Alaf Restaurants Azmir Jaafar.
Ia melanjutkan, pemegang saham terbesar Gerbang adalah Muslim. Hak waralaba Malaysia dan Singapura dibeli oleh Lionhorn Pte Ltd di Arab Saudi setahun lalu, sebagai bagian dari strategi untuk beralih dari kepemilikan langsung di Asia.
Sebelumnya, waralaba Malaysia pernah menghadapi permintaan boikot pada 2014. Alasannya karena postingan media sosial yang menyatakan rantai restoran tersebut membantu mendanai serangan Israel ke Gaza. Perusahaan pun membantan tuduhan tersebut.
Pada Jumat (8/12), warga Malaysia melakukan protes mengecam tindakan AS. Mereka juga membakar patung Trump di depan Kedubes AS.