REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Dua pihak yang bertikai harus memberi lebih banyak bantuan terhadap 8,4 juta orang yang "berada dalam jurang kelaparan" di Yaman, kata seorang pejabat tinggi PBB pada Senin (11/12).
Pasukan gabungan pimpinan Saudi yang memerangi gerakan Houthi dukungan Iran dalam perang sipil Yaman memblokade pelabuhan pada bulan lalu setelah sebuah peluru kendali ditembakkan ke arah Riyadh.
Jamie McGoldrick, koordinator kemanusiaan untuk Yaman, mengatakan blokade tersebut telah mereda, namun situasinya tetap mencekam.
"Blokade terhadap pelabuhan yang terus berlanjut membatasi pengiriman pasokan bahan bakar, makanan dan obat-obatan; secara dramatis meningkatkan jumlah warga yang rentan membutuhkan pertolongan," kata McGoldrick dalam pernyataan tulisan.
"Kehidupan jutaan orang, termasuk 8,4 juta warga Yaman yang terancam kelaparan, bergantung pada kemampuan kita untuk melanjutkan operasi dan untuk menyediakan kebutuhan kesehatan, air bersih, makanan, tempat tinggal dan gizi," tambahnya.
Keadaan ini menandai kenaikan angka dari perkiraan PBB yang sebelumnya berkisar delapan juta orang di ambang kelaparan. Pasukan sekutu tersebut menuduh Iran mengirim senjata kepada gerakan Houthi, termasuk bagian dari peluru kendali, melalui pelabuhan utama Hodeidah di Yaman, tempat yang digunakan untuk masuknya pasokan makanan.
Televisi pemerintah Saudi mengatakan pada Senin bahwa sebuah delegasi ahli PBB tiba di Riyadh untuk bertemu dengan koalisi dan pemerintah Yaman untuk mendukung "pencegahan pengiriman senjata dan roket kepada gerakan Houthi".
Iran membantah memasok senjata kepada Houthi dengan mengatakan tuduhan Amerika Serikat dan Saudi "tidak berdasar".
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan kekurangan pangan disebabkan perang, pihak yang menutup jalannya pasokan telah menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Saudi melakukan campur tangan di negara tetangganya, Yaman pada 2015 setelah gerakan Houthi melakukan serangan di kota Aden dan memaksa Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi serta pemerintahannya melarikan diri.
Perang tersebut telah menewaskan lebih dari 10 ribu orang, menyebabkan lebih dari dua juta orang mengungsi dan memicu penyebaran wabah kolera yang menjangkiti sekitar satu juta orang.