Selasa 12 Dec 2017 18:50 WIB

Soal Yerusalem, Formasi: OKI Harus Lebih Tegas

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Budi Raharjo
Seorang demonstran memegang poster kartun  Presiden AS dan sebuah foto kubah batu di dalam Masjid Al-Aqsa  yang bertuliskan Yerusalem adalah ibukota abadi Palestina dan Amerika adalah sebuah bencana ,di luar Kedutaan Besar AS di Amman, Yordania,
Foto: EPA-EFE / Amel Pain
Seorang demonstran memegang poster kartun Presiden AS dan sebuah foto kubah batu di dalam Masjid Al-Aqsa yang bertuliskan Yerusalem adalah ibukota abadi Palestina dan Amerika adalah sebuah bencana ,di luar Kedutaan Besar AS di Amman, Yordania,

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Forum Kerja Sama Ormas-Ormas Islam (Formasi) Jawa Barat mendesak negara-negara yang tergabung dalam OKI (Organisasi Kerja Sama Islam), termasuk Indonesia, untuk bersikap lebih tegas dan keras terhadap kebijakan Amerika Serikat yang menyatakan Al Quds atau Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Ormas islam di Jabar, merasa terpanggil untuk menyatakan sikap bagian dari umat Islam dunia

Menurut Ketua Formasi Jabar, HM Rizal Fadillah, pihaknya mendesak negara-negara yang tergabung dalam OKI untuk segera membentuk pasukan keamanan bersama yang berfungsi membela kepentingan dunia Islam. Karena, Rizal menilai pengumuman Presiden AS Donald Trump baru-baru ini tersebut cukup mengagetkan dan mengguncang perdamaian di Timur Tengah.

"Pengumuman penetapan sepihak bahwa Yerusalem sebagai ibu kota Israel sangat menyakitkan hati umat Islam sedunia karena Yerusalem di dalamnya terdapat Masjid Al Aqsha," ujar Rizal kepada wartawan, Selasa (12/12).

Rizal mengatakan, Masjid Al Aqsha menjadi kota suci ketiga bagi umat Islam setelah Makkah dan Madinah. Sehingga, reaksi pun, terjadi di berbagai negara baik, negara-negara Muslim maupun di negara Eropa bahkan di Amerika sendiri. "Kebijakan sensitif Trump ini dinilai dapat berimplikasi dan memengaruhi konstelasi politik dunia," katanya.

Rizal menjelaskan, penindasan Israel terhadap bangsa Palestina yang terus menerus, pendudukan, dan

pencaplokan wilayah yang tersistematisasi. Serta pemihakan Amerika terhadap Israel yang terang-terangan telah memperburuk situasi dan bangsa Palestina yang lama berjuang untuk menjadikan dirinya sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.

"Kami mengutuk keras pernyataan sepihak Presiden Donald Trump yang membayakan perdamaian dunia," katanya.

Rizal menilai, kebijakan Amerika itu sebagai mad policy atau kebijakan gila yang dikeluarkan oleh seorang pemimpin yang mengalami gangguan jiwa. Ia pun, menyatakan mendukung penuh perjuangan bangsa Palestina untuk mendapatkan hak-haknya sebagai bangsa yang memiliki negara yang merdeka dan berdaulat, bebas dari cengkeraman negara zionis Israel.

Bahkan, kata dia, Formasi Jabar menyatakan siap berjuang bersama umat Islam di manapun untuk membebaskan Al Quds dari pendudukan Israel. Agar, bisa menjadikan Masjid Al Aqsha sebagai tempat yang bebas dikunjungi dan beribadah bagi umat Islam di dunia tanpa ancaman dan intimidasi zionis Israel.

"Kami mendesak badan dunia PBB untuk mengadili pemimpin negara Israel sebagai penjahat-penjahat perang dan kemanusiaan," katanya.

Formasi Jabar pun, kata dia, mendorong umat Islam untuk bersama-sama berjihad melakukan aksi penolakan dan perlawanan terhadap kebijakan gila Donald Trump yang menetapkan

Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.

Formasi Jabar sendiri merupakan gabungan dari sejumlah ormas islam, yakni Muhammadiyah, Persatuan Islam (PERSIS), Al Irsyad Al Islamiyah, dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Lalu Persaudaraan Muslimin Indonesia (PARMUSI), Dewan Dawah Islamiyah Indonesia (DDII), Syarikat Islam (SI), Persatuan Umat Islam (PUI), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII), Al Washliyah, dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement