Selasa 12 Dec 2017 20:41 WIB

Syamsi Ali: Serangan New York tak Seburuk yang Diberitakan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Esthi Maharani
Evakuasi pascaledakan di New York
Foto: AP
Evakuasi pascaledakan di New York

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- New York tetap kondusif pascaledakan bom berdaya ledak rendah di area sibuk subway Senin (11/12) lalu. Mantan Imam Besar Masjid New York, Ustaz Muhammad Syamsi Ali menyampaikan kondisi New York baik-baik saja.

"Alhamdulillah keadaan tidak seburuk seperti yang diberitakan di luar negeri," kata dia kepada Republika, Selasa (12/12). Menurutnya, pelaku, Akayed Ullah tampak sedang mengalami masalah mental atau frustasi.

Pria 27 tahun keturunan Bangladesh itu adalah sopir taksi dalam beberapa tahun tapi kemudian berhenti. "Mungkin pelaku frustrasi karena kehilangan pekerjaan," kata Ustaz Syamsi.

Boleh jadi, tambahnya, tindakannya itu karena keputusan Donald Trump yang baru saja mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Pelaku seperti menemukan alasan yang tepat untuk mengekspresikan kemarahannya, yang awalnya bersifat pribadi.

"Tapi ternyata ini tidak berdampak besar. Yang luka-luka ringan ada empat orang termasuk pelaku sendiri," katanya. Media AS pun sudah tidak lagi menganggap isu ini sebagai bahan untuk menyudutkan Islam. Justru insiden dimanfaatkan sebagai alat politik oleh Gedung Putih untuk menekan agar UU keimigrasian segera diperketat.

"Tentu ini berimbas ke keinginan Donald Trump melarang orang Islam masuk Amerika," kata pria kelahiran Bulukumba, 50 tahun lalu ini.

Pelaku peledakan adalah imigran asal Bangladesh. Ia tidak memiliki catatan kriminal baik di negara asalnya maupun di AS. Kunjungan terakhirnya ke Bangladesh dilakukan pada September lalu.

Sebelumnya, sumber kepolisian mengatakan aksi Ullah diinspirasi oleh ISIS. Namun ia tidak memiliki kontak langsung dengan kelompok teror tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement