Rabu 13 Dec 2017 09:36 WIB

9 Pengungsi Rohingya di Bangladesh Tewas karena Difteri

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Pengungsi Rohingya di kamp pengungsi Balikhali yang disiapkan khusus untuk janda dan anak yatim, Cox's Bazaar, Bangladesh.
Foto: Damir Sagolj/Reuters
Pengungsi Rohingya di kamp pengungsi Balikhali yang disiapkan khusus untuk janda dan anak yatim, Cox's Bazaar, Bangladesh.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Wabah difteri diduga telah membunuh sembilan pengungsi Rohingya dan menginfeksi lebih dari 700 lainnya di Bangladesh. Pada Selasa (12/12), pemerintah Bangladesh meluncurkan kampanye memvaksinasi anak-anak Rohingya guna mencegah menyebaran difteri.

"Sejauh ini sembilan orang telah meninggal dalam dugaan wabah difteri," kata Kepala Institut Epidemiologi, Pengendalian, dan Penelitian Penyakit Bangladesh (IEDCR) Meerzady Sabrina Flora, dikutip Channel News Asia.

Departemen Layanan Kesehatan Bangladesh mengatakan dari 700 pengungsi yang terinfeksi, 104 di antaranya adalah anak-anak. Mereka telah terjangkit penyakit ini dalam 24 jam terakhir.

Pihak berwenang telah mendirikan dua unit isolasi di kamp-kamp pengungsian yang padat. Di kamp tersebut banyak yang kekurangan tempat tinggal serta makanan yang memadai, dan hanya memiliki sedikit akses ke layanan medis.

Difteri adalah penyakit pernafasan yang sangat menular yang bisa berakibat fatal jika tidak diobati. Penyakit ini sebenarnya semakin langka dalam beberapa dekade terakhir karena tingginya tingkat vaksinasi.

Pemerintah dan badan-badan PBB telah memvaksinasi sekitar 250 ribu anak-anak di bawah usia tujuh tahun, yang tinggal di kamp-kamp dan permukiman sementara di dekat perbatasan Myanmar.

"Kami bergerak cepat mengendalikan wabah difteri ini sebelum menjadi tidak terkendali," kata perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia untuk Bangladesh Navaratnasamy Paranietharan.

"Vaksin tersebut akan membantu melindungi setiap anak Rohingya di pemukiman sementara ini, agar tidak menjadi korban penyakit mematikan tersebut," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement