Rabu 13 Dec 2017 15:46 WIB

Ahli: Evaluasi Mental Trump, Jauhkan dari Nuklir

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Teguh Firmansyah
Donald Trump
Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kesehatan mental Presiden Amerika Serikat, Donald Trump masih menjadi topik menarik untuk selalu dibahas. Tidak heran karena setiap gerak geriknya dinilai anti-mainstream sehingga apa yang ada dipikirannya selalu menjadi pertanyaan khalayak ramai.

Dalam sebuah perbincangan terbaru, kesehatan mental Trump kembali didiskusikan. Wawancara di Democracy Now menyebut Trump 'terselip' saat bicara dalam pidatonya. Ia terdengar menggumam dan kalimatnya sulit dipahami.

Juru bicara Gedung Putih, Sarah Huckabee Sanders menegaskan kerongkongan Trump sedang kering saja. Tidak ada hubungannya dengan kesehatan mental sang orang nomor satu.

Ia juga mengatakan Trump rutin melakukan cek kesehatan. Termasuk pemeriksaan wajib bagi presiden yang biasanya dilakukan di Walter Reed. Hasilnya pun akan dirilis oleh dokter yang bertugas.

Seorang dokter yang merilis buku tentang kesehatan mental Trump, Dr. Bandy Lee turut berkomentar dalam wawancara Democracy Now. Ia mengaku khawatir meski tak punya hak bicara karena tak memeriksa Trump secara langsung.

Namun demikian, banyak praktisi kesehatan yang akhirnya mengikuti jejak Dr. Lee untuk berkomentar. Karena mereka pun khawatir. Dr. Lee menyampaikan bahwa ia dan teman-temannya telah mendesak evaluasi mental Trump.

"Ya, karena kami melihat tanda bahaya, ini darurat," katanya. Trump dinilai harus dijauhkan dari akses persenjataan. Trump juga disebut-sebut sering memicu kekerasan, menarik keributan, hingga mengancam dengan kekuatan nuklir.

"Dalam pikiran kami, risiko yang ditimbulkan sangat tinggi," kata dia.

Dr. Lee mengatakan tugasnya adalah di bidang medis, psikiatri dan pencegahan kekerasan. Meski punya bukti data medis, praktisi pun tidak berhak memutuskan dan hanya bisa memberikan rekomendasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement