REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia menegaskan akan tetap mempertahankan pangkalan militernya di Hmeymim, Provinsi Latkia, Suriah. Hal ini dilakukan guna mengantisipasi kembalinya perlawanan oleh kelompok milisi di negara tersebut.
Pemerintah Rusia sebelumnya telah mengumumkan akan mulai menarik militernya dari Suriah. "Berkat kenyataan bahwa operasi untuk menyelamatkan Suriah dan pembebasan tanah Suriah telah selesai, tidak ada lagi kebutuhan akan kekuatan tempur berskala luas," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, dilansir Reuters Selasa (12/12).
Namun Peskov mengatakan Rusia akan tetap mempertahankan pangkalan udara militernya di Hmeymim dan fasilitas angkatan lautnya di Pelabuhan Tartous. "Presiden menekankan bahwa para teroris mungkin mencoba menyerang lagi di Suriah. Jika itu terjadi, pukulan hancur akan dilakukan," ujarnya.
Rusia mulai menggelar operasi militer di Suriah pada September 2015. Operasi militer ini dilakukan berdasarkan permintaan langsung pemerintah Suriah pimpinan Assad. Kala itu, pemerintah Suriah mengalami kesulitan dan cukup kewalahan menghadapi perlawanan kelompok milisi.
Sejak saat itu, militer Rusia mulai melakukan serangan-serangan udara menargetkan kelompok-kelompok yang menentang pemerintah atau rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Kelompok tersebut antara lain Koalisi Nasional Suriah, Front al-Nusra, serta milisi ISIS.
Dengan bantuan militer Rusia, pemerintah Suriah mulai menggenggam kembali kekuasaannya. Hal ini disebabkan banyaknya daerah di Suriah yang sebelumnya dikuasai kelompok milisi berhasil direbut kembali.