REPUBLIKA.CO.ID, DUBLIN--- Anggota dewan Dublin telah memilih mencabut penghargaan yang diberikan kepada pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi. Pencabutan ini sebagai bentuk protes karena sikap Suu Kyi dalam menangani kekerasan terhadap Muslim Rohingya di negaranya.
Dilansir The Guardian, Kamis (14/12), sebagian besar anggota dewan mendukung langkah mencabut penghargaan Freedom of the City of Dublin, dengan 59 suara mendukung, dua menentang dan satu abstain.
"Penindasan harian orang-orang Rohingya tidak dapat diizinkan dilanjutkan dan jika pencabutan kehormatan ini memberikan kontribusi dan tekanan pada pemerintah Myanmar untuk menghormati sesama warga negara mereka, maka akan dilakukan," kata anggota dewan Cieran Perry, dikutip dari Independen Irlandia
Keputusan dewan kota tersebut terjadi sebulan setelah musisi Bob Geldof mengembalikan penghargaannya ke balai kota Dublin sebagai bentuk penentangan terhadap Suu Kyi.
Keputusan ini juga datang setelah lebih dari 620 ribu minoritas Muslim Rohingya Myanmar melarikan diri menyeberangi perbatasan ke Bangladesh. Mereka melarikan diri dari tindakan keras oleh tentara yang menurut para pengungsi melakukan pembunuhan, pemerkosaan dan pembakaran.
Suu Kyi telah menghadapi kritik internasional atas kegagalannya membela minoritas Rohingya.
Palang Merah memperkirakan hanya sekitar 300 ribu orang Rohingya yang tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar utara sejak eksodus massal dimulai pada Agustus, dengan sekitar 300 orang terus melintasi perbatasan setiap hari.
Bangladesh dan Myanmar bulan lalu menandatangani sebuah kesepakatan memulangkan pengungsi Rohingya, meskipun PBB mengatakan kondisi tidak aman bagi Rohingya untuk kembali.