REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menurut sebuah dokumen yang bocor di situs microblogging Cina Weibo, negara itu dilaporkan telah mulai membangun beberapa kamp pengungsi yang mampu menampung sejumlah besar pencari suaka yang melarikan diri dari potensi bencana di Semenanjung Korea.
Dokumen -yang sejak saat itu ditarik dari Weibo namun baru setelah itu dipublikasikan secara luas di media sosial dan diberitakan -tersebut dikaitkan dengan cabang Changbai dari China Mobile Group, perusahaan telekomunikasi milik negara terbesar di Cina.
"Mengingat situasi di perbatasan Korea Utara meningkat, Pemerintah Kabupaten Changbai sedang mempersiapkan pembangunan lima kamp pengungsian," demikian bunyi dokumen tersebut.
Kabupaten Changbai terletak di perbatasan dengan Korea Utara. "Seperti yang disyaratkan Pemerintah Kabupaten Changbai, cabang China Mobile setempat akan bertanggung jawab untuk memastikan fungsionalitas penuh dari sinyal seluler dan jaringan komunikasi di wilayah ini."
Dokumen China Mobile menambahkan manajer cabang lokal Shenhai Fu memimpin tim tersebut, dan memeriksa lokasi awal bulan ini pada 2 Desember di bawah instruksi dari Pemerintah Kabupaten Changbai.
"Shenhai Fu telah memimpin tim mengunjungi pemukiman tersebut, dan melakukan tes komunikasi," katanya, seraya menambahkan pada saat itu, sinyal masih belum banyak dan lemah di wilayah-wilayah tertentu.
Bahasa dokumen tersebut, dan juga subjudul-nya "rencana pemukiman pengungsi Korea Utara" menyiratkan layanan telekomunikasi dan sejumlah tes merupakan salah satu bagian dari proyek berkelanjutan yang sedang berjalan.
Laporan tersebut berawal dari uji coba nuklir beberapa tahun belakangan dan peluncuran rudal balistik oleh Korea Utara, yang pada gilirannya telah dipicu oleh ancaman dari Presiden AS Donald Trump bahwa "Semua opsi dipertimbangkan".
Rudal balistik terbaru Korea Utara adalah yang paling jauh jangkauannya, dengan para ahli global memeringatkan rezim tiran tersebut berada di jalur yang tepat untuk bisa menjangkau, " tempat mana pun di dunia ini" dengan serangan nuklir.
Keputusan yang dinilai masuk akal
Sebuah nomor telepon yang diberikan pada laporan yang bocor tersebut tidak menjawab, dan seorang juru bicara dari kelompok China Mobile merujuk masalah tersebut kepada Menteri Luar Negeri, yang belum bisa memberikan komentar.
Meski demikian, pada Rabu (13/12) malam, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Lu Kang, sempat ditanyai mengenai laporan terpisah yang dikeluarkan oleh Menlu AS Rex Tillerson untuk membahas persiapan Beijing dalam mengatasi eksodus massal warga Korea Utara ke negara tersebut jikaterjadi bencana di semenanjung itu.
Lu mengatakan kepada wartawan ia "tidak tahu" tentang apa pun yang dikatakan oleh Tillerson, namun ia tidak menyangkal Beijing sedang mempersiapkan situasi seperti itu, namun mempertahankan denuklirisasi adalah tujuan Beijing.
Belum mungkin untuk memverifikasi sendiri validitas dokumen asli tiga halaman itu, namun analis mengatakan format yang digunakan, bahasa yang digunakan, tingkat rincian dan kutipan dari manajer perusahaan Changbai dengan nama Shenhai Fu - yang memiliki akun media sosial profesional China Mobile -dan juga fakta dokumen aslinya telah benar-benar dimusnahkan, membuat banyak orang menyimpulkan laporan tersebut asli.
"Saya pikir ini adalah keputusan yang sangat masuk akal dan diharapkan Cina akan menempatkan rencana kontingensi untuk mengatasi masuknya sejumlah besar pengungsi dari Semenanjung Korea mengingat situasi saat ini," kata pakar Cina-Korea Leonid Petrov dari Universitas Nasional Australia (ANU).
"Saya tahu Rusia -yang juga memiliki perbatasan kecil dengan Korea Utara -telah membangun kamp pengungsian sekitar 15 tahun lalu sebagai bagian dari rencana daruratnya sendiri, jika eksodus yang dipicu oleh kelaparan atau perang atau sejenisnya terjadi.”
"Jadi saya pikir itu benar-benar keputusan yang masuk akal, dan dari perspektif Cina, akan lebih bijaksana untuk merencanakan ke depan dan mempersiapkan kapasitas untuk menerima dan menyerap sekelompok besar orang, mengingat provinsi-provinsi terdekat banyak dihuni oleh orang-orang etnis Korea.”
"Tapi mencegah situasi itu tentu saja yang ideal, itulah sebabnya Beijing secara resmi mempertahankan posisinya tentang denuklirisasi di semenanjung tersebut."
Petrov mengatakan bahwa ia tidak melihat laporan itu sendiri dan tak bisa memastikan apakah konstruksi tersebut sedang berjalan, namun ia mengatakan bahwa logistik dan bahasanya "masuk akal" mengingat geografi wilayah tersebut.
"Memiliki sebuah kamp pengungsian di daerah pegunungan dan terpencil itu sangat masuk akal, karena di sanalah pencari suaka akan pergi jika bencana nuklir terjadi," kata Dr Petrov.
"Jadi membangun dan mengkonstruksi kamp di sana akan membantu Beijing menangani situasi seperti ini dengan sangat efektif."
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.