Jumat 15 Dec 2017 21:21 WIB

Palestina Terima Solusi Dua Negara, Netanyahu tak Suka Damai

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Budi Raharjo
Presiden Prancis Emmanuel Macron (kiri) berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Elysee Palace di Paris, Prancis, Ahad (10/12). Macron mengutarakan penolakannya atas pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel oleh AS.
Foto: Philippe Wojazer/Pool via AP
Presiden Prancis Emmanuel Macron (kiri) berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Elysee Palace di Paris, Prancis, Ahad (10/12). Macron mengutarakan penolakannya atas pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel oleh AS.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Isu antara Palestina dan Israel kembali menjadi perbincangan hangat di antara negara-negara akibat keputusan sepihak Presiden Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Berbagai kecaman dan penolakan disampaikan oleh petinggi negara termasuk Presiden Indonesia Joko Widodo.

Taher Hamad selaku salah satu perwakilan Kedutaan Besar (Kedubes) Palestina di Indonesia menyatakan akan terus melakukan perjuangan bagi kemerdekaan negaranya. Palestina juga dengan jelas menerima solusi dua negara yang telah dikeluarkan sejak beberapa tahun lalu.

"Kami akan meneruskan perjuangan kami. Tentang two-stated solution kami juga akan menerima dan mengajak sampai semua negara menerima hal tersebut dan mendukung Palestina," ujar Hamad ditemui di Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat (15/12).

Palestina sejak dibawah kepemimpinan Yasser Arafat telah dengan jelas dan pasti menerima solusi dua negara yang diajukan. Perjanjian Oslo yang terjadi pada tahun 1993 juga dijalankan dengan baik oleh Palestina.

"Di bawah Yasser Arafat kami terima solusi dua negara tersebut tapi Benjamin Netanyahu beliau adalah orang yang cemas dan tidak suka damai. Bahkan mereka sampai membunuh Yasser Arafat karena tidak bersedia mengakui perjanjian tersebut," ungkap Hamad.

Namun demikian Hamad menyatakanPalestina hingga saat ini kuat karena memiliki banyak teman baik yang terus mendukung negaranya tersebut. Dukungan dari negara sahabat membuat Palestina yakin dan akan terus berjuang demi mendapatkan haknya.

"Kita semua harus melakukan sesuatu karena Israel selama ini menyatakan setuju dengan two-stated solution yang ada namun berjalan di jalan yang salah atau melakukan tindakan yang berlawanan dari itu," ujar Hamad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement