REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Otoritas Palestina menolak usulan perundingan damai Amerika Serikat (AS) yang tetap memasukkan tembok ratapan sebagai bagian dari Israel. Palestina enggan menerima perubahan dari kesepakatan 1967 terkait kawasan Yerusalem Timur yang dicaplok Israel.
"Hal ini menunjukkan Amerika tidak mendukung perundingan damai di kawasan," kata Juru Bicara Presiden Palestina Nabil Abu Rudeineh seperti dikutip Haaretz, Ahad (17/12).
Masuknya tembok ratapan sebagai kawasan Israel diungkapkan Wakil Presiden AS Mike Pence yang segera melakukan kunjungan kerja ke negara zionis itu pekan depan. Pence mengatakan, AS tidak dapat membayangkan jika tembok ratapan tidak menjadi bagian dari Israel dalam perundingan damai.
Pence menambahkan, tembok ratapan atau yang juga dikenal sebagai dinding barat Masjid al-Aqsa akan menjadi bagian dari pengakuan AS atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Kunjungan Pence sekaligus menandakan tenggat waktu perundingan langsung Israel-Palestina terkait status Yerusalem.
"Dinding barat pada akhirnya akan menjadi bagian integral Israel," kata seorang pejabat AS.
Mike Pence diperkirakan akan mendarat di Israel pada Rabu (20/12) sore waktu setempat. Dia selanjutnya akan langsung bertolak ke tembok ratapan pada malam harinya.
Pejabat tersebut mengatakan, Pence akan melakukan kunjungan tertutup saat datang ke tembok ratapan bersama keluarganya. Dia mengatakan, tak ada satupun pejabat Israel yang akan menemani kunjungan Pence. Dia hanya akan ditemani pemuka agama Yahudi saat bertandang ke kawasan tersebut.
Setelah mengunjungi Israel, Pence juga dijadwalkan bertemu dengan Presiden Mesir Abdul Fattah as-Sisi dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Meski demikian, Palestina bersikeras menolak kedatangan Pence sebagai bagian dari aksi menolak pengakuan sepihak AS atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
"Utusan khusus Trump Jason Greenblatt juga akan melakukan perjalanan ke Israel pada awal minggu depan untuk pertemuan terkait upaya perdamaian," kata pejabat Gedung Putih itu.
Advertisement