REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Partai pendukung Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Fattah mengajak warga Palestina turun ke jalan menolak kedatangan Wakil Presiden (Wapres) Amerika Serikat (AS) Mike Pence. Pendamping Presiden Donald Trump itu dijadwalkan bertemu Abbas pada pekan depan.
Seperti diwartakan Arab News, Ahad (17/12) penolakan kedatangan Pence ke Palestina berkaitan dengan keputusan sepihak AS yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Paman Sam juga berniat memindahkan kedutaan besar miliknya ke kota tersebut.
Kebijakan yang dilakukan AS itu tak pelak mendapatkan kecaman dari berbagai belahan dunia. Hal itu juga menyebabkan bentrokan antara warga Palestina dengan militer Israel. Mereka menolak keputusan Trump terkait status Yerusalem yang melanggar hukum internasional.
Ajakan protes itu dilakukan bersamaan dengan pemakaman empat warga Palestina yang tewas dalam bentrokan dengan militer Israel selama demonstrasi di Tepi Barat dan di Jalur Gaza. Fattah mengajak masyarakat melakukan aksi massa pada Rabu (20/12) nanti di dekat kawasan kota tua dan Yerusalem.
Dalam upacara pemakaman yang dilakukan di desa Beit Ula itu, para pengiring jenazah menyanyikan lagu anti-Trump. Sementara pelayat lainnya menggunakan topeng sambil menembaki udara.
Sementara, otoritas Mesir membuka sementara blokade yang dilakukan di Jalur Gaza dan mempersilakan bantuan kemanusiaan untuk masuk ke kawasan tersebut. Namun, akses dibatasi secara satu arah dan hanya bantuan kemanusiaan saja yang diperbolehkan melintas.
Mesir memberikan izin lintas kepada kepada warga yang membutuhkan perawatan medis dan tidak tersedia di Gaza. Akses juga diberikan terhadap siswa yang terdaftar di universitas Mesir dan warga Gaza dengan pekerjaan di luar negeri.
"Rencananya pemerintah Mesir akan terus membuka akses perbatasan itu selama empat hari kedepan," kata Kementerian Dalam Negeri yang dikelola Hamas.
Sebelumnya, pemerintah Mesir sempat membuka akses perbatasan dengan Gaza selama tiga hari pada bulan lalu. Itu dilakukan setelah kesepakatan rekonsiliasi antara Hamas dan Fattah beberapa waktu lalu.
Sementara berdasarkan catatan Kementerian Dalam Negeri yang dikelola Hamas, secara keseluruhan, tahun ini otoritas Mesir hanya membuka perbatasan selama 14 hari.
Sebanyak 20 ribu warga Gaza telah mengajukan permohonan untuk memasuki Mesir. Sedangkan sekitar 200 orang telah melewati perbatasan pada Sabtu (16/12) pagi waktu setempat dimana 10 di antaranya adalah tenaga medis.
Advertisement