Selasa 19 Dec 2017 13:58 WIB

Bahasa Rohingya akan Didigitalisasi

Rep: Marniati/ Red: Ani Nursalikah
Pengungsi Rohingya di Bangladesh.
Foto: EPA-EFE/TRACEY NEARMY
Pengungsi Rohingya di Bangladesh.

REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Setelah berpuluh-puluh tahun ditolak pengakuannya di Myanmar, saat ini kaum Rohingya akan mendapatkan simbol identitas mereka.

Dilansir The Guardian, Selasa (19/12), bahasa orang-orang Muslim tanpa kewarganegaraan ini dilaporkan telah disertakan dalam rencana upgrade ke Unicode Standard, sebuah sistem pengkodean global yang mengubah naskah tertulis menjadi karakter dan angka digital.

Ini akan memungkinkan Rohingya menulis email, mengirim teks dan posting di media sosial dalam bahasa mereka sendiri, sebuah langkah besar bagi orang-orang yang tidak memiliki naskah tulis sampai 1980-an.

Walaupun kebanyakan Rohingya tidak mampu membaca dan menulis, namun para ahli mengatakan memberi Rohingya naskah digital mereka sendiri sangat simbolis untuk pengakuan dan kelangsungan hidup orang-orang yang terpinggirkan, bahkan jika tidak diadopsi dengan cepat.

"Jika orang tidak memiliki bahasa tulisan mereka sendiri, lebih mudah mengatakannya sebagai kelompok etnis yang tidak diakui dan akan lebih mudah menekan mereka," kata Mohammad Hanif, yang mengembangkan sistem penulisan untuk bahasa Rohingya pada 1980-an.

Hal ini terutama terjadi pada orang Rohingya. Myanmar menolak menggunakan istilah Rohingya. Myanmar menyebut mereka sebagai "orang Bengali" yang berasal dari Bangladesh, meskipun banyak dari Rohingya telah tinggal di negara tersebut selama beberapa generasi.

Rohingya tidak memiliki naskah tertulis sampai Hanif, seorang ilmuwan Islam yang melarikan diri dari Rakhine dalam gelombang kekerasan sebelumnya, mulai mempelajari nuansa bahasa tersebut. Itulah kenapa naskah tertulis Rohingya dikenal dengam 'Hanifi Rohingya'.

Hanif mengatakan sekitar 50 buku telah ditulis menggunakan naskah Rohingya yang juga diajarkan di beberapa sekolah Islam yang melayani Rohingya di Malaysia, Pakistan, Arab Saudi dan Kanada. Upaya lain untuk mengembangkan sistem penulisan yakni menggunakan skrip Arab, Urdu dan Inggris, yang dikenal sebagai "Rohingya-lish".

'Hanifi Rohingya' mungkin akan dikodekan oleh Unicode Consortium, sebuah lembaga nirlaba yang mengawasi standarisasi karakter dan angka digital secara global. Seorang perwakilan konsorsium yang berbasis di AS mengatakan kepada AFP melalui email Hanifi Rohingya adalah salah satu naskah yang dipertimbangkan dalam versi berikutnya. Namun sebuah keputusan akhir akan dibuat pada Februari.

Jika disetujui, ini akan memungkinkan diaspora Rohingya global termasuk lebih dari 800 ribu pengungsi di Bangladesh dapat mengirim pesan melalui layanan obrolan seperti Whatsapp menggunakan alfabet digital mereka.

"Ini melegitimasi perjuangan bahasa Rohingya dan orang-orangnya yang teraniaya," kata seorang insinyur perangkat lunak yang membuat tipografi komputer untuk Hanifi Rohingya, Muhammad Noor.

Sementara itu, sebuah layanan terjemahan nirlaba yang menyediakan layanan amal, Translators Without Borders, mengatakan pentingnya membuat bahasa Rohingya ke dalam ranah digital.

"Ini revolusioner. Agar bahasa bisa bertahan, skrip diperlukan. Ini akan memperkuat bahasa dan untuk melestarikannya," kata perwakilan badan amal Rebecca Petras di Cox's Bazar, tempat kamp Rohingya berada.

Para ahli mengatakan bahasa adalah bagian dari masalah yang sering terjadi. Rohingya yang berbicara dengan bahasa Bengali dipahami di wilayah Chittagong, bagian tenggara Bangladesh, namun asing bagi mayoritas umat Buddha di Myanmar.

Rohingya diusir dari negara bagian Rakhine paling barat Myanmar dalam gelombang kekerasan sistematis, dalam sebuah kampanye militer. Menurut Doctors Without Borders serangan ini menewaskan setidaknya 6.700 Muslim Rohingya di bulan pertama.

Hampir 650 ribu orang Rohingya tiba di Bangladesh sejak tindakan militer dimulai pada Agustus. Mereka melarikan diri dari pembakaran, pemerkosaan dan pembunuhan di tanah air mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement