Rabu 20 Dec 2017 14:39 WIB

PM Turki Tiba di Bangladesh Temui Pengungsi Rohingya

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Turki Binali Yildirim.
Foto: REUTERS / Murad Sezer
Perdana Menteri Turki Binali Yildirim.

REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Perdana Menteri Turki Binali Yildirim tiba di Distrik Cox's Bazar, pada Rabu (20/12), dalam kunjungan resminya ke Bangladesh yang akan dilakukan selama dua hari. Yildirim akan mengunjungi kamp pengungsian Mainnerghona untuk bertemu dengan pengungsi Rohingya, sekitar 40 kilometer dari Cox's Bazar.

Sementara di Cox's Bazar, Yildirim akan mengunjungi Rumah Sakit Sahra yang sedang dibangun. Dia juga akan melihat lokasi pekerjaan konstruksi rumah sakit lapangan yang dibangun Turki di kamp pengungsian Balukhali.

Yildirim dijadwalkan untuk menghadiri upacara serah terima sumbangan dua ambulans dan kendaraan staf yang akan dikirim ke Rumah Sakit Sentral Cox's Bazar. Acara ini diinisiasi oleh badan bantuan pemerintah Turki, yaitu Badan Kerjasama dan Koordinasi Turki (TIKA).

Selain TIKA, Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki (AFAD), Bulan Sabit Merah Turki, dan Direktorat Urusan Agama Turki juga memberikan bantuan kemanusiaan di wilayah tersebut.

Selama mengunjungi Bangladesh, Yildirim didampingi oleh Wakil Perdana Menteri Turki Bekir Bozdag, Menteri Kebijakan Keluarga dan Kebijakan Sosial Fatma Betul Sayan Kaya, dan pejabat Turki lainnya. Menteri Luar Negeri Bangladesh Abul Hassan Mahmud Ali juga mendampingi delegasi Turki tersebut.

Seperti dilansir dari Anadolu, sejak 25 Agustus, lebih dari 656 ribu warga Rohingya telah menyeberang dari Negara Bagian Rakhine di Myanmar ke Bangladesh. Para pengungsi tersebut melarikan diri dari operasi militer yang dilakukan pasukan keamanan Myanmar.

Rohingya digambarkan oleh PBB sebagai etnis minoritas yang paling teraniaya di dunia. Mereka telah menghadapi ketakutan atas serangan sejak puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada 2012.

Menurut Dokter Lintas Batas, sedikitnya 9.000 warga Rohingya tewas di Negara Bagian Rakhine dari 25 Agustus sampai 24 September.

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada 12 Desember, organisasi kemanusiaan global tersebut mengatakan kematian 71,7 persen atau 6.700 warga Rohingya disebabkan oleh kekerasan, termasuk 730 anak di bawah usia lima tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement