REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pemerintah Myanmar menemukan 10 jenazah yang dikuburkan dalam kuburan massal, di pinggiran sebuah desa, di Negara Bagian Rakhine. Demikian dilaporkan surat kabar yang dikelola militer, Myawady, pada Selasa (20/12).
Peristiwa tersebut terjadi sehari setelah tentara mengatakan, mereka sedang melakukan penyelidikan di tempat tersebut. Sekitar 650 ribu warga Rohingya melarikan diri dari Negara Bagian Rakhine dan mencari perlindungan di negara tetangga Myanmar, Bangladesh, dalam beberapa bulan belakangan.
Ini setelah terjadi penindakan keras oleh pasukan keamanan Myanmar dalam menanggapi respons gerilyawan.
Kelompok pemantau hak asasi menuduh pasukan pemerintah melakukan kekejaman, termasuk pembunuhan, pemerkosaan massal dan pembakaran selama melancarkan tindakan keras tersebut.
Amerika Serikat mengatakan, tindakan yang dilakukan pasukan Myanmar itu adalah sebuah upaya "pembersihan etnis". Namun militer Myanmar menampik hal tersebut. Hasil penyelidikan internal menyatakan pasukan keamanan terbebas dari segala tuduhan tindak kekejaman.
Sebuah regu termasuk polisi, pemerintah setempat, hakim dan dokter telah memeriksa lokasi makam di desa Inn Din, sekitar 50 kilometer sebelah utara ibu kota negara bagian Sittwe pada Selasa, dan menemukan 10 jasad tak dikenal.
"Kelompok tersebut melanjutkan proses penyelidikan guna menemukan kebenaran," kata laporan tersebut. Pihak militer tidak segera dapat dihubungi untuk dimintai tanggapan lebih lanjut.
Penemuan sebuah kuburan massal di dekat pemakaman desa tersebut, diumumkan dalam pernyataan di laman Facebook resmi kepala komando tentara pada Senin.
Desa tersebut berada di wilayah Maungdaw, salah satu daerah yang paling buruk terpengaruh oleh kekerasan yang telah mendorong pejabat tinggi hak asasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menuduh pasukan keamanan Myanmar telah melakukan pemunahan terhadap Rohingya.