REPUBLIKA.CO.ID, UNITED NATIONS -- Kepala PBB mengatakan pada Rabu (20/12), konflik saat ini lebih panjang dengan rata-rata lebih dari 20 tahun. Konflik juga sering melibatkan beberapa kelompok bersenjata yang bersaing untuk menguasai institusi pemerintah, sumber daya alam dan wilayah.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, PBB melihat tidak hanya dari perubahan kuantitatif tapi juga kualitatif. "Risiko senjata nuklir kembali berada di depan dan di tengah, dengan ketegangan lebih tinggi daripada yang mereka alami sejak akhir Perang Dingin," kata Guterres dalam pertemuan di DK PBB seperti yang dilansir di Fox News, Kamis (21/12).
Guterres tidak menyebutkan nama negara manapun, namun dia berulang kali mendesak Korea Utara untuk menghentikan uji coba rudal nuklir dan balistik yang meningkat.
Ia juga mengatakan, bahaya keamanan dunia maya semakin meningkat, dan perubahan iklim telah muncul sebagai pengganda ancaman. Selain itu ada juga masalah kelangkaan air yang memicu kekhawatiran.
Meskipun telah terjadi penurunan jangka panjang dalam jumlah konflik bersenjata, Guterres mengatakan konflik telah melonjak, khususnya di Timur Tengah dan sebagian wilayah Afrika. Konflik, katanya juga menjadi lebih sulit, dan mereka menjadi lebih regional dan internasional.
Guterres mengatakan faksi-faksi politik dan kelompok bersenjata juga bertambah banyak, seperti adanya ratusan faksi bersenjata di Suriah.
"Dukungan militer dan keuangan eksternal untuk pihak-pihak konflik memperpanjang perang sipil dan memicu ketegangan yang lebih luas, karena pertarungan lokal menjadi proxy untuk persaingan yang lebih besar," kata Guterres. "Konflik lebih terkait satu sama lain, dan dengan ancaman terorisme di seluruh dunia," tambahnya.