Jumat 22 Dec 2017 09:55 WIB

Kasus Kolera Yaman Capai Satu Juta Jiwa

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang ayah menggendong anaknya yang dirawat di sumah sakit setempat karena wabah Kolera di Sana'a, Yaman. Menurut laporan PBB tiga juta balita Yaman terancam malnutrisi akibat konflik berkepanjangan antara dua pihak yang masing-masing didukung Arab Saudi dan Iran.
Foto: Yahya Arhab/EPA
Seorang ayah menggendong anaknya yang dirawat di sumah sakit setempat karena wabah Kolera di Sana'a, Yaman. Menurut laporan PBB tiga juta balita Yaman terancam malnutrisi akibat konflik berkepanjangan antara dua pihak yang masing-masing didukung Arab Saudi dan Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA--Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan, jumlah kasus kolera yang ada di Yaman telah mencapai satu juta jiwa. Setidaknya 2.226 orang diyakini telah meninggal karena penyakit tersebut sejak April, meskipun jumlah kasus baru telah menurun selama 14 pekan berturut-turut.

Dilansir di BBC News, Jumat (22/12), ICRC mengatakan, wabah tersebut memperkuat penderitaan sebuah negara yang terjebak dalam perang brutal. Lebih dari 80 persen masyarakat Yaman kekurangan makanan, bahan bakar, air dan akses terhadap perawatan kesehatan.

Perang antara pasukan yang setia kepada Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi, yang didukung oleh koalisi pimpinan Arab Saudi, dan gerakan pemberontak Houthi telah menewaskan lebih dari 8.670 orang sejak Maret 2015.

Kolera merupakan infeksi diare akut yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi bakteri Vibrio cholera. Pada kasus yang parah, penyakit ini bisa membunuh dalam hitungan jam jika tidak diobati.

Wabah di Yaman mencapai puncaknya pada akhir Juni, ketika lebih dari 50 ribu kasus yang dicurigai dilaporkan dalam satu minggu di 22 dari 23 provinsi di Yaman. Sejak itu, kasusnya dilaporkan terus menurun.

Angka terbaru yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (19/12), menunjukkan adanya 7.622 kasus kolera yang dicurigai dan satu kematian dilaporkan pekan lalu.

Namun, pejabat WHO telah memperingatkan kemungkinan adanya gelombang baru terkait kasus tersebut pada awal musim hujan di bulan Maret, jika koalisi pimpinan Saudi tidak mengurangi blokade Yaman dan mengizinkan lebih banyak makanan, bahan bakar dan obat-obatan untuk memasuki Yaman. Blokade diperketat setelah Houthi melepaskan sebuah rudal balistik di ibukota Saudi, Riyadh, pada November lalu.

Koalisi tersebut mengatakan, pihaknya ingin menghentikan penyelundupan senjata kepada pemberontak oleh Iran. Dimana, Iran telah dituduh memasok senjata untuk pemberontak Houthi. Namun, PBB mengatakan bahwa pembatasan tersebut dapat memicu kelaparan terbesar dunia yang telah terjadi selama beberapa dekade.

Layanan kesehatan Yaman tidak mampu mengatasi wabah kolera, dengan lebih dari separuh fasilitas medis ditutup karena kerusakan yang dialami selama konflik. Rumah sakit juga menghadapi kekurangan pasokan obat-obatan, bahan bakar dan peralatan karena blokade koalisi.

Kerusakan infrastruktur dan kurangnya bahan bakar untuk stasiun pemompaan juga telah menyebabkan 16 juta orang terputus dari akses reguler ke air bersih dan sanitasi, sehingga meningkatkan kemungkinan penyebaran kolera.

Anak-anak kurang gizi juga berisiko tinggi meninggal akibat penyakit yang menular. Di Yaman, sekitar 1,8 juta anak-anak kekurangan gizi akut, termasuk 400 ribu anak-anak di bawah usia lima tahun dengan malnutrisi akut parah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement