Jumat 22 Dec 2017 11:41 WIB

Kuba Perpanjang Masa Kepemimpinan Raul Castro

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Kuba Raul Castro
Foto: Reuters/Enrique De La Osa
Presiden Kuba Raul Castro

REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA - Pemerintah Kuba menyatakan telah memperpanjang masa kepemimpinan Presiden Raul Castro hingga April tahun depan, pada Kamis (21/12). Keputusan ini akan menunda prosesi serah terima jabatan dari Castro ke presiden baru Kuba selama dua bulan.

Castro (86 tahun) pada awalnya akan mengundurkan diri pada Februari mendatang, setelah menjabat sebagai presiden selama dua periode berturut-turut. Pengunduran dirinya akan mengakhiri hampir 60 tahun kepemimpinan Castro bersaudara dan memulai transisi dari para pemimpin revolusi 1959 ke generasi muda yang baru.

 

Majelis Nasional mengatakan kerusakan yang ditimbulkan oleh Badai Irma pada September lalu telah menyebabkan penundaan dimulainya siklus politik. Pemilih dan komisi pemilihan akan memilih delegasi dewan kota, provinsi, dan nasional, yang kemudian akan memilih Dewan Negara dan Presiden.

 

"Ketika Majelis Nasional mengeluarkan keputusan, saya akan menyelesaikan mandat periode kedua dan terakhir saya, dan Kuba akan memiliki seorang presiden baru. Saya berharap agar Anda dan semua orang menyambut tahun baru dengan bahagia," ujar Castro.

 

Castro secara resmi mengambil alih kepresidenan dari saudara laki-lakinya, Fidel Castro, pada 2008. Setelah lengser ia akan tetap menjadi kepala Partai Komunis, satu-satunya partai hukum di Kuba.

 

Wakil Presiden Pertama Miguel Diaz-Canel (57) yang lahir setahun setelah revolusi berpendapat perlunya mempertahankan prestasi Castro dan memberikan kontinuitas kepadanya.

 

Analis mengatakan Diaz-Canel tidak mungkin mengungkapkan sikap aslinya sampai dia ditunjuk menjadi presiden. Ruang manuvernya bahkan bisa dibatasi oleh kebutuhan untuk menjadikan dirinya sebagai penerus yang sah bagi generasi bersejarah Kuba.

 

Transisi politik Kuba terjadi karena Kuba tengah menghadapi sejumlah tantangan setelah menurunnya bantuan dari Venezuela. Kuba juga menghadapi pengetatan embargo AS yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

 

"Kami telah menyaksikan kemerosotan serius dan bertahap dalam hubungan dengan AS, yang tidak dapat disalahkan kepada negara kami," ujar Castro.

 

Dia mengatakan AS sedang merancang dalih untuk melanjutkan kebijakannya yang gagal ke Kuba. Terlebih pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengatakan diplomat AS di Havana telah menjadi korban serangan kesehatan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement