REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Albertus Patty menyarankan Pemerintah Indonesia membuka komunikasi dengan Pemerintah Israel. Membuka komunikasi dalam rangka membela kepentingan Palestina. Sebab, semua tahu Palestina ditindas dan diperlakukan tidak adil.
"Kita tidak pernah minta pada Presiden buka hubungan diplomatik dengan Israel, nggak pernah minta begitu. Tapi dalam seminar itu saya ngomong, kalau kita betul-betul mau jadi mediator antara Israel dan Palestina maka sebaiknya jangan punya hubungan dengan Palestina saja, kita juga harus punya hubungan dengan Israel," kata Albertus kepada Republika, Ahad (24/12).
Ia menerangkan, tidak mungkin menjadi mediator yang baik kalau tidak punya hubungan yang baik dengan kedua belah pihak. Ini dalam rangka membela Palestina. Semua prihatin dengan penindasan yang dialami rakyat dan bangsa Palestina.
Ia menjelaskan, contohnya Myanmar menindas Rohingya. Tapi karena Indonesia punya hubungan dengan Pemerintah Myanmar, maka Indonesia bisa berbicara pada Pemerintah Myanmar. Di samping itu Indonesia bisa membantu Rohingya secara langsung. "Indonesia mendapatkan kemudahan dari Pemerintah Myanmar," ujar dia.
Albertus mengatakan, intinya melakukan lobi kepada Israel. Jadi Indonesia punya lobi khusus kepada Israel dalam rangka pembelaan terhadap Palestina. "Jadi itu intinya karena kita prihatin sekali pada Bangsa Palestina, Palestina itu ada orang Yahudi penduduknya, ada Islam Palestina, ada Kristen Palestina, tiga agama itu ada dalam masyarakat Palestina," ujarnya.
Ia menegaskan, yang dilawan adalah ideologi zionis dari Israel yang menindas. Bukan melawan Agama Yahudi karena Agama Yahudi tidak ada hubungannya. Oleh karena itu dalam rangka memperjuangkan nasib rakyat Palestina, menurutnya, tidak ada jalan lain kecuali berkomunikasi dengan Israel.
Ia melanjutkan, supaya Pemerintah Indonesia bisa berbicara kepada Israel agar jangan melakukan kekerasan. Hal ini juga dilakukan oleh Mesir, Yordania dan Arab Saudi secara diam-diam punya hubungan dengan Israel, kenapa Indonesia tidak.