REPUBLIKA.CO.ID, N'DJAMENA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan kunjungan ke Chad. Dalam kunjungannya kedua pemimpin membahas sejumlah isu penting internasional termasuk Yerusalem dan terorisme.
Seperti dilansir Anadolu, Rabu (27/12), Presiden Chad Idriss Deby, mengungkapkan kegembiraannya pada kunjungan bersejarah yang pertama kali dilakukan oleh presiden Turki ke negara Afrika Tengah.
Kedua pemimpin sepakat untuk mengutuk terorisme dan bersumpah untuk memerangi terorisme. Mereka juga menyatakan simpatinya kepada Palestina.
Pada perkembangan terakhir mengenai Yerusalem, delegasi menekankan keputusan AS yang secara sepihak mengakui kota suci tersebut sebagai ibu kota Israel tidak dapat diterima dan tidak berlaku lagi.
Mereka juga meminta solusi damai yang damai, adil, dan komprehensif untuk Yerusalem, berdasarkan visi dua negara.
Kedua pemimpin menekankan sebuah negara Palestina, yang independen, berdaulat, dan memiliki integritas geografis, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya dan di dalam perbatasan 1967, merupakan syarat utama untuk perdamaian dan stabilitas di wilayah ini.
Delegasi kedua negara juga menyatakan persetujuannya atas penolakan pekan lalu oleh Majelis Umum PBB mengenai gerakan AS di Yerusalem. Hal ini menunjukkan komitmen terhadap resolusi PBB dan hukum internasional mengenai Yerusalem.
Mereka juga mengungkapkan keprihatinan mendalam atas ketegangan Timur Tengah saat ini dan mendesak para pihak untuk bertindak secara moderat karena krisis tersebut merupakan ancaman serius bagi keamanan global.
Dalam deklarasi tersebut, delegasi juga mengundang masyarakat internasional, terutama PBB, untuk memerangi ancaman serius dan menemukan solusi yang adil dan adil terhadap konflik Israel-Palestina.
Selain membahas isu internasional, kedua pemimpin juga membahas masalah kerja sama bilateral. Pejabat Chad menyatakan harapan bahwa perusahaan Turki akan ambil bagian dalam pembangunan dua proyek besar. Yakni sebuah bandara dan jembatan serta penelitian dan manajemen minyak di negara tersebut.
Kunjungan Erdogan ke Chad adalah pemberhentian kedua dalam tur tiga negara Afrikanya, dimulai dengan Sudan dan berakhir dengan Tunisia. Erdogan didampingi oleh delegasi besar, termasuk para pejabat negara dan sekitar 150 pengusaha Turki.