REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Crystal Liestia Prunama, Rizkiyan Adiyudha
Kabar Abu Dis, kota kecil berbatasan dengan Yerusalem Timur, diusulkan menjadi ibu kota Palestina menggantikan Yerusalem tidaklah mengejutkan. Sejak pertengahan tahun ini isu itu sudah muncul menyusul manuver yang dilakukan Presiden Donald Trump, Raja Salman, dan putra mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman.
Kemarin, Pemimpin Hamas Ismail Haniya menegaskan bahwa Amerika Serikat (AS) telah menawarkan kepada pemerintah Otoritas Palestina sebuah daerah di pinggiran Yerusalem, Abu Dis, sebagai alternatif bagi Yerusalem Timur untuk dijadikan sebagai ibu kota negara Palestina masa depan.
"AS masih menawarkan kesepakatan dan terus berada di pihak Otoritas Palestina dengan cara apapun, untuk memberi mereka modal atau entitas di daerah Abu Dis, jauh dari Yerusalem," katanya, dilaporkan Aljazirah, Rabu (27/12).
Berbicara dalam sebuah pertemuan dengan para pemimpin klan Palestina di Jalur Gaza pada Selasa (26/12) waktu setempat, Haniya meyebut keputusan Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel adalah sebuah taktik untuk menghancurkan tujuan Palestina sesuai dengan kesepakatan abad ini.
Haniya mengingatkan kepada semua pihak yang terlibat dalam kesepakatan itu, baik kepada warga Palestina, Arab atau Muslim, dan juga internasional untuk tetap menjaga komitmennya.
Menurut Haniya, keputusan AS untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel ini menimbulkan risiko baru yang dapat mempengaruhi hubungan antara Palestina dan Yordania selaku penjaga Kompleks Al-Aqsha. Haniya juga mengaku telah berbicara dengan Raja Yordania Abdullah tentang apa yang dialihat sebagai bahaya akibat keputusan Yerusalem, proyek pemukiman kembali dan alternatif tanah air.
Haniya juga meminta warga Palestina untuk terus melanjutkan pemberontakan mereka terhadap keputusan Trump, dan kepada gerakan populer di ibu kota Arab dan Muslim untuk melakukan demonstrasi.
Siapa sebetulnya di belakang rencana ini? Seperti dilaporkan Al Araby, Rabu (6/12), pada Agustus lalu Trump mengirim delegasi utusan tertingggi AS ke Timur Tengah untuk membahas perundingan damai, yang telah dibekukan sejak negosiasi yang gagal pada 2014. Jared Kushner menjadi utusan Trump. Ia adalah menantu Presiden Trump.
Dari sumber resmi Gedung Putih, pada Oktober Kushner melakukan kunjungan rahasia selama empat hari ke Arab Saudi sebelum melakukan perjalanan ke Israel membahas perdamaian Timur Tengah. Pemicaraan tentang Abu Dis sebagai ibu kota Palestina muncul pada pertemuan itu.
Sebulan kemudian, Presiden Palestina Mahmoud Abbas tiba di Arab Saudi melakukan pembicaraan mendadak dengan Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Menurut New York Times, dari pejabat Palestina, Arab dan Eropa yang mendengar versi Abbas dari percakapan di Riyadh itu, Putra Mahkota menyarankan negara Palestina di wilayah-wilayah yang tidak bersebelahan dengan Tepi Barat yang diduduki memiliki kedaulatan terbatas.
Riyadh menyarankan ibu kota Palestina ditempatkan di Abu Dis, di pinggiran kota Yerusalem Timur yang diputus oleh pemisah dengan Israel. Hal itu diungkapkan oleh seorang pejabat Lebanon yang berbicara dengan Abbas setelah perundingan di Saudi.
Mayoritas permukiman ilegal di Tepi Barat juga tetap ada, sementara hak untuk mengembalikan pengungsi Palestina dan keturunan mereka justru dikesampingkan. Pejabat senior sekaligus politikus Lebanon juga telah diberitahu mengenai pembicaraan di Riyadh. Abbas diberi tenggat waktu sampai dua bulan untuk menerima kesepakatan tersebut atau menghadapi tekanan mengundurkan diri.
Gedung Putih menolak rencana yang dituduhkan tersebut pada Ahad. Arab Saudi juga membantah tuduhan tersebut, dan mengatakan mereka berkomitmen untuk sebuah permukiman berdasarkan inisiatif Perdamaian Arab 2002, yang mencakup sebuah negara Palestina pada perbatasan 1967 dengan Yerusalem sebagai ibu kota Palestina.
Abu Dis
Abu Dis merupakan kota Palestina yang terletak berbatasan langsung dengan Yerusalem Timur. Kota tersebut berjarak sekitar 45 menit dari Yerusalem. Kota itu mayoritas dihuni umat Islam.
Abu Dis menyimpan jumlah populasi sekitar 12 ribu penduduk berdasarkan sensus yang dilakukan tahun lalu. Kota yang dibatasi oleh tembok yang dibangun otoritas Israel itu terletak di sebuah situs kuno, dikelilingi oleh lembah-lembah yang dalam.
Di kota itu berdiri masjid tua Maqam Salah ad-Din dan di dalamnya terdapat makam tua dengan naskah puisi yang dibuat 1878. Di sana juga terdapat satu fasilitas pendndikan terkemuka yakni Al Quds University. Kantor pemerintahan Palestina dan sejumlah parlemen juga berdiri di kota tersebut sejak 1996.
Abu Dis juga merupakan salah satu kota wisata di Palestina. Kota tersebut memiliki banyak toko yang menjajakan makanan dan minuman yang memanjakan para tamu atau wisatawan. Kota ini juga cukup maju dalam hal perekonomian dan perdagangan. Kota kerap dikunjungi banyak wisatawan dari luar negeri yang berkunjung ke kota ini.
Meski terbilang ramai akan wisatawan, sayangnya, di kota itu tidak terdapat satu rumah sakit. Fasilitas kesehatan terdekat berjarak kurang lebih 30 kilometer dari Abu Dis.
Hal tersebut membuat warga harus berobat ke Yerusalem atau kota sekitar untuk mendapatkan perawatan medis. Meski demikian, untuk memasuki kawasan kota suci guna mendapatkan pengobatan pun, mereka harus mendapatkan izin dari otoritas Israel terlebih dahulu.
Satu-satunya fasiltas kesehatan di Abu Dis adalah pusat kesehatan Al-Maqasid Charitable Society. Meski demikian, fasilitas itu tidak memiliki ambulan ataupun menangani kebutuhan khusus pasien. Mereka juga tidak bisa menangani penyakit lanjutan.
Minimnya waduk air membuat kota tersebut bergantung pada suplai dari Perusahaan Air Minum Pemerintah Israel yang menguasai Tep Barat. Ini membuat negara zionis itu mengatur arus air ke kota tersebut. Warga kerap mengeluhkan kurangnya pasokan air.