REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Perdana Menteri Turki dan Raja Arab Saudi telah meminta dunia Islam untuk bersatu melawan keputusan AS yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Seperti dilansir Aljazirah, Kamis (28/12), Binali Yildirim dan Raja Salman bin Abdulaziz menekankan pentingnya status Yerusalem dalam sebuah pertemuan di Riyadh pada Rabu.
Mereka mengatakan, dunia Muslim harus tetap bersatu untuk melindungi hak-hak saudara Palestina. Baik Turki maupun Arab Saudi telah mengkritik keras keputusan Presiden AS Donald Trump. Yildirim dan Salman sepakat bahwa resolusi majelis umum PBB merupakan pesan kuat dari masyarakat internasional.
Mayoritas besar Majelis Umum PBB pekan lalu menentang ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya dari AS dan memilih untuk menyatakan keputusan Trump batal demi hukum.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut keputusan Trump merupakan garis merah untuk umat Islam. Ia mengancam akan memutuskan hubungan dengan Israel. Sementara Raja Salman mengatakan langkah berbahaya AS tersebut dapat mengobarkan hasrat umat Islam di seluruh dunia.
Yerusalem yang merupakan tempat suci bagi umat Islam, Yahudi dan Kristen merupakan isu utama dalam konflik Israel-Palestina. Kedua belah pihak mengklaim kota itu sebagai ibu kota mereka. Kunjungan dua hari Yildirim terjadi di tengah ketegangan dalam hubungan antara Ankara dan Riyadh.
Turki telah mencari hubungan yang lebih dekat dengan Iran dan juga mendukung Qatar selama blokade enam bulan yang diberlakukan terhadap negara Teluk oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir.
Seorang analis yang berbasis di Istanbul,Galip Dalay mengatakan pembicaraan antara Yildirim dan Salman adalah upaya untuk menciptakan suasana dialog daripada saling menuduh melalui media mengenai isu-isu tertentu.
"Kedua negara menyadari status mereka sebagai kekuatan utama di kawasan ini. Kunjungan ini tidak akan menyelesaikan semua masalah tapi tanda niat baik dan bukan penyelesaian masalah utama," katanya. Yildirim juga diperkirakan akan bertemu dengan Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.