REPUBLIKA.CO.ID,AMMAN -- Berdasarkan laporan warga dan saksi mata, tentara Suriah yang dibantu oleh beberapa jet Rusia, meningkatkan pemboman terhadap benteng pemberontak terakhir di pinggiran timur Damaskus. Serangan besar-besaran ini juga untuk membebaskan sebuah pangkalan militer di sana yang dikepung pasukan oposisi.
Warga mengungkapkan tentara Suriah mengumpulkan pasukan elite untuk mempersiapkan serangan besar-besaran guna membebaskan sebuah benteng yang dikepung oleh pemberontak. Setidaknya 200 tentara Suriah diyakini terjebak dalam benteng itu.
Sejak Ahad (31/12), pemberontak yang sebagian besar tergabung dalam faksi Islam Ahrar al-Sham, memperlebar kendali mereka atas bagian-bagian pangkalan militer di Harasta. Wilayah di benteng itu bisa tembus ke Ghouta Timur yang merupakan benteng pemberontak terakhir di sekitar Ibu Kota Suriah.
Pemberontak menyerang pangkalan tersebut pada November lalu, dalam sebuah upaya untuk mengurangi tekanan pada kota-kota dan desa-desa di Ghouta Timur. Dimana di daerah tersebut telah mengalami peningkatan serangan udara pada Ahad kemarin.
Sumber pertahanan sipil mengatakan, dalam empat hari serangan udara sejak Jumat (29/12) lalu, 38 warga sipil dilaporkan tewas dan setidaknya 147 orang terluka. Sementara, lima warga sipil lainnya terbunuh pada Selasa kemarin.
Pangkalan tersebut telah lama digunakan untuk menyerang Ghouta Timur yang padat penduduk, dalam upaya untuk memaksa wilayah yang merupakan perkumpulan pemberontak, untuk tunduk. Lebih dari 300 ribu orang dikepung oleh tentara sejak tahun 2013 di Ghouta Timur.
Penyerangan tersebut membawa para pemberontak lebih dekat ke jantung ibukota, setelah mereka diusir dari wilayahnya yang tersisa pada tahun lalu, selama berbulan-bulan melakukan pengepungan dan pemboman.
Warga mengatakan setidaknya 30 serangan udara menghantam daerah pemukiman di Ghouta Timur pada Selasa. Penembakan sebuah pasar di kota Douma, pusat kota utama di Ghouta, membuat satu orang tewas dan banyak warga yang menderita luka.
"Garis depan Ghouta menyaksikan pertempuran dan bentrokan dan kerugian besar yang ditimbulkan pada pasukan Assad (pasukan Suriah) dan milisinya," kata juru bicara Jaish al Islam, yang merupakan sebuah faksi pemberontak utama, Hamza Biriqdar, seperti yang dilansir di Reuters, Rabu (3/1).
Lebih jauh ke barat laut, pemberontak yang terdiri dari jihadis hingga Tentara Pembebasan Suriah (FSA) mundur dari desa yang telah banyak disita oleh tentara Suriah di provinsi Idlib Selatan dan perdesaan timur Hama yang berdampingan.
Serangan tersebut meningkat di minggu terakhir dalam serangan utama, yang setidaknya 50 desa direbut kembali oleh tentara Suriah dan sekutunya. Serangan tersebut dilakukan untuk mendorong pemberontak menuju ke provinsi besar terakhir yang dikuasai oleh pemberontak, yang berbatasan dengan Turki.
Intensitas serangan oleh Rusia dan Angkatan Udara Suriah telah mendorong puluhan ribu penduduk desa di daerah tersebut, melarikan diri ke tempat yang relatif aman di bagian utara provinsi Idlib dekat perbatasan Turki. Dimana banyak penduduk membangun tenda darurat di jalan-jalan utama dan di lahan pertanian.