Kamis 04 Jan 2018 00:10 WIB

Singapura Larang Film Dokumenter Perjuangan Remaja Palestina

Ahed Tamimi saat digiring polisi Israel menuju pengadilan militer di  Betunia, Tepi Barat, Rabu (20/12).
Foto: Abir Sultan/EPA
Ahed Tamimi saat digiring polisi Israel menuju pengadilan militer di Betunia, Tepi Barat, Rabu (20/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Singapura melarang festival pemutaran film dokumenter pada akhir pekan ini yang menampilkan seorang remaja perempuan pegiat Palestina. Penangkapan remaja tersebut pada bulan lalu membuatnya menjadi lambang perlawanan terhadap pendudukan militer Israel di Tepi Barat.

Saat membenarkan pelarangan tersebut, pihak berwenang Singapura mengatakan film Radiance of Resistance itu tidak berimbang dan berpeluang memecah-belah penduduk banyak suku Singapura. Film dokumenter tersebut, yang memperlihatkan kemelut Palestina-Israel melalui mata Ahed Tamimi (16 tahun) dan wanita muda pegiat lain, tidak memiliki penyeimbang, kata Badan Pengembangan Media Informasi Singapura (IMDA) di lamannya.

"Narasi film yang menyimpang adalah masalah dan berpeluang menimbulkan ketidakserasian di antara berbagai suku dan agama di Singapura," kata IMDA.

Film dokumenter tersebut dijadwalkan akan ditampilkan di Festival Film Palestina Singapura pada Kamis. Film ini diputar di sejumlah festival di seluruh dunia pada 2017 dan memenangkan penghargaan dokumenter terbaik di "Respect Human Rights Film Festival" di Belfast, namun menjadi lebih topikal setelah penangkapan Tamimi bulan lalu.

Tamimi didakwa pada Senin dengan tuduhan melakukan serangan dan akan diadili di sebuah pengadilan militer Israel. Orang dewasa yang terbukti bersalah karena menyerang seorang tentara bisa dipenjara sampai 10 tahun, tapi Tamimi masih kecil sehingga keputusan itu tidak mungkin terjadi.

Pihak berwenang Singapura diketahui terus mengendalikan pidato publik dan media, terutama jika menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan ras dan agama, larangan langsung lebih jarang terjadi. Adela Foo, penyelenggara festival Singapura menyebut larangan tersebut dapat dimengerti, tanpa menjelaskan lebih jauh.

"Pada akhir hari, keputusan IMDA adalah salah satu yang harus dihormati," kata mahasiswa berusia 23 tahun tersebut kepada Reuters.

Dengan minoritas Muslim yang cukup besar dan dikelilingi negara mayoritas berpenduduk Muslim di mana simpati terhadap pergolakan Palestina mengalir deras, Singapura justru mempertahankan hubungan diplomatik dan militer yang bersahabat dengan Israel. Tapi Singapura sejalan dengan banyak negara lain yang menentang pengakuan Presiden AS Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Sekitar 15 persen penduduk penduduk Singapura yang berjumlah 3,3 juta orang adalah Muslim.

Aktivis Remaja Perempuan Palestina Ditangkap Paksa Israel

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement