Kamis 04 Jan 2018 09:08 WIB
Apakah Yahudi Ashkenazi pantas mengklaim Tanah Suci Yerusalem?

Yahudi Aspal, Klaim Yerusalem, dan Kepalsuan Akhir Zaman

Pemukim Yahudi di Israel (ilustrasi)
Foto:
Islam-Yahudi/ilustrasi

Ashkenazi ini, dalam bahasa Ibrani disebut dengan spelling “Ashkanaz”. Sedang kan, dalam  terjemahan Bible bahasa Indonesia disebut dengan Askenas.

Lalu, siapa Gomer? Menurut Bible, Gomer adalah anak tertua Yafits/Japhet bin Nuh. Dengan demikian, Ashkenaz merupakan keponakan Magog (Ma’juj). Para sejawaran mengidentifikasi Ashkenaz sebagai nenek moyang orang-orang Scythians, suku nomaden di Eurasia, di utara pegunungan Kaukasus.

Scythians sendiri merupakan salah satu suku nomaden Turki. Para sejarawan melihat penyebutan Turki ini lebih ditekankan pada penggunaan bahasa, meliputi banyak suku di Asia Tengah dan Eurasia.

Nah, pegunungan Kaukasus inilah yang diduga sebagai tempat dulu Dzulqarnain membangun tembok besi berlapis tembaga untuk membendung Ya’juj dan Ma’juj, sebagaimana diceritakan dalam Surah Al Kahfi.

Pertanyaan tentang Dzulqarnain, Ya’juj dan Ma’juj --juga Ashabul Kahfi dan ruh—sebagaimana diceritakan pakar akhir zaman, Imran Hosein, merupakan pertanyaan titipan seorang rabi Yahudi di Madinah kepada orang-orang kafir Makkah untuk ditanyakan kepada Nabi, dengan menga- takan bahwa “hanya seorang Rasul yang sanggup menjawabnya”.

Walhasil, Arthur Koestler menyebut fenomena Yahudi Ashkenazi tersebut dengan istilah kehadiran orang-orang Kaukasian keturunan Japeth ke tenda Shem. “Orang-orang yang nenek moyangnya bukan dari Yordania, tapi dari Volga. Bukan dari Kanaan, tapi dari Kaukasus. Orang-orang yang secara genetik lebih dekat kepada bangsa Hun, Uighur, dan Magyar, ketimbang benih dari Ibrahim, Ishak, dan Ya’qub. Karena itulah, istilah antisemitisme kemudian menjadi hampa makna,” tulis Arthur Koestler.  Dengan mengungkap fakta itu, Koestler berharap masalah anti semitisme bisa hilang, sebab telah disanggah secara rasial.

Pengakuan Raja Khazar

Selain Khazaria, surga Yahudi di abad pertengahan adalah Spanyol. Khilafah Umayyah di Spanyol sedang dalam masa kejayaannya ketika Yahudi bermigrasi besarbesaran ke sana, menghindari pembatisan paksa dan penyiksaan dari para kaisar Romawi Byzantium.

Migrasi orang-orang Yahudi ke Spanyol tersebut difasilitasi khalifah atas permintaan menteri utamanya yang seorang Yahudi, Hasdai Ibn Shaprut. Di sana, di bawah naungan Islam, orang-orang Yahudi menjalani masa keemasan (golden age) kedua setelah masa Nabi Daud dan Nabi Sulaiman.

Tapi, berbeda dengan Yahudi Ashkenazi, orang-orang Yahudi di Spanyol ini lebih dikenal dengan istilah Yahudi Sephardi. Adanya orang-orang Yahudi yang membangun sebuah kerajaan di Khazaria, turut menarik perhatian Hasdai. Dia pertama kali mendengar adanya Kerajaan Yahudi Khazaria dari para pedagang asal Khurasan, Persia.

Semula dia tidak memercayainya. Karena, menurut ‘rukun iman’ orang Yahudi, hanya seorang messiah yang bisa merestorasi Kerajaan Daud dan Sulaiman. Tapi, setelah mengonfirmasi misi diplomat Byzantium yang berkunjung ke sana, Hasdai pun akhir-nya percaya. Tapi, kenyataan itu membuatnya penasaran.

Dia pun kemudian menyurati Raja Khazar saat itu, yang bernama Joseph. Dia menanyakan berbagai hal, antara lain dari suku manadari 12 suku Israel—dia berasal.

Sebab, dia menduga, raja Khazar tersebut berasal dari Palestina. Menjawab pertanyaan sulit itu, dalam surat balasannya Joseph menulis bahwa nenek moyangnya, Raja Bulan, adalah seorang penakluk bijaksana yang mengusir penyihir dan penyembah berhala dari negerinya.

Suatu ketika, malaikat muncul dalam mimpinya, mendesak dia untuk menyembah Tuhan yang satu, dan Tuhan menjanjikan akan memberkati dan memperbanyak keturunan Bulan, membuat musuh takluk di tangannya, dan membuat kerajaannya abadi hingga akhir dunia.

Arthur Koestler menilai jawaban Raja Joseph tersebut terinspirasi dari Kitab Kejadian Perjanjian Lama yang bercerita tentang janji Tuhan kepada Ibrahim. Dan, lewat cerita ini, Koestler menilai Khazar mencoba mengklaim dirinya sebagai ras terpilih yang membuat perjanjian dengan Tuhan, kendati mereka bukan keturunan Ibrahim dan Ya’kub.

Mendapat jawaban itu, Hasdai pun tertarik untuk berinteraksi lebih lanjut. Dia lalu mengirim lagi utusan ke Khazaria. Utusan itu bernama Isaac bar Nathan. Namun, utusannya hanya sampai Konstant inopel, yang karena keamanannya terancam, akhirnya pulang kembali ke Andalusia.

Tapi, kesempatan itu akhirnya datang juga, ketika duta dari Eropa timur tiba di Kordoba, yang dua di antaranya penganut Yahudi, yaitu MarSaul dan Mar Joseph, yang kemudian menawarkan diri mengantarkan surat Hasdai kepada Raja Khazar.

Dan, surat kali ini pun masih berisi pertanyaan menyelidik dari Hasdai. Hasdai menulis: “Saya masih sangat ingin tahu, apakah benar ada tempat di bumi ini, di mana orang-orang Israel dilecehkan, telah benar-benar memerintah dirinya sendiri dan tidak tunduk pada siapa pun. Jika itu memang telah terjadi, saya tidak ragu untuk meninggalkan semua kemuliaan saya, mengundurkan diri dari jabatan tinggi yang saya sandang, meninggalkan keluarga saya, dan melakukan perjalanan melintasi pegu nungan dan lembah, tanah dan air, untuk tiba di tempat tuanku Raja berkuasa… dan saya masih memiliki satu pertanyaan lagi yang berkaitan dengan itu, apakah Anda tahu mukjizat akhir zaman tentang kedatangan Messiah yang kita tunggu, yang akan mengembara dari satu negara ke negara lain....”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement