Kamis 04 Jan 2018 13:54 WIB

Kurangi Bantuan, Fatah: Ancaman AS tidak Bermakna

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agus Yulianto
Aksi bela Palestina di San Francisco, AS (Ilustrasi)
Foto: PressTV
Aksi bela Palestina di San Francisco, AS (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW JERSEY -- Fatah menegaskan sikapnya terkait ancaman Amerika Serikat (AS) yang akan mengurangi jumlah bantuan kepada para pengungsi Palestina. Menurut seorang anggota Komite Sentral Fatah, Azzam Al-Ahmed, AS tidak akan bisa menyurutkan semangat negara-negara Arab untuk melindungi Yerusalem.

Berapapun uang yang mereka kumpulkan tidak akan membuat kami menyerah. (Palestina) sedang melawan AS secara politik terbuka dan kami tidak akan pernah, dalam kondisi apa pun, menganggap AS sebagai rekan dalam proses perdamaian, sebelum mereka mencabut keputusan terkait (status) Yerusalem, kata al-Ahmed kepada para mahasiswa Princeton University, seperti dikutip RT, Kamis (4/12).

Adapun jumlah bantuan yang dimaksud mencapai ratusan juta dolar AS. Pada 2016 silam, misalnya, AS menggelontorkan bantuan senilai 368 juta dolar AS (setara Rp 4,95 triliun) melalui badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA.

Sejak Presiden Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, lanjut al-Ahmed, Palestina dengan keras menolak peran AS sebagai mediator perdamaian. Menurutnya, solusi dua-negara sudah terkubur dengan langkah sepihak presiden AS ke-45 itu. Sebab, dengan demikian, Trump mengakui aneksasi Israel atas Palestina sejak perang pada 1967 silam.

"Oleh karena itu, Palestina pada faktanya adalah negara yang masih dijajah. Komunitas internasional mesti mengintervensi untuk mengakhiri penjajahan oleh Israel," kata dia.

Pada Selasa lalu, Trump mengumumkan ultimatum kepada Palestina untuk kembali ke proses perundingan. Bagi politikus Partai Republik itu, persoalan Yerusalem tidak lagi disertakan dalam pembicaraan karena statusnya sudah jelas menjadi milik Negara Yahudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement