Kamis 04 Jan 2018 14:25 WIB

Peraih Nobel Serukan Pembangkangan di Iran

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Gejolak di Iran
Foto: republika/mardiah
Gejolak di Iran

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Peraih Nobel Perdamaian Iran Shirin Ebadi mendesak rakyat Iran untuk terus melakukan demonstrasi. Pembangkangan sipil kali ini dinilai merupakan yang paling berani sejak kerusuhan pro-reformasi pada 2009.

Surat kabar Asharq Al-Awsat melaporkan, Ebadi mengatakan warga Iran harus tetap berada di jalan. Konstitusi juga harus memberi mereka hak untuk melakukan demonstrasi.

Ebadi meminta warga Iran untuk berhenti membayar tagihan air, gas, dan listrik, serta berhenti membayar pajak dan menarik uang dari bank-bank pemerintah. Hal ini dilakukan untuk memberikan tekanan ekonomi kepada pemerintah, memaksa tentara untuk berhenti menggunakan kekerasan, dan memenuhi tuntutan rakyat.

"Jika pemerintah tidak mendengarkan Anda selama 38 tahun ini, Anda juga harus mengabaikan apa yang diperintahkan pemerintah kepada Anda," tulis Asharq Al-Awsat mengutip pernyataan Ebadi dalam sebuah wawancara.

Ebadi, yang mendapat Nobel Perdamaian pada 2003, adalah salah satu dari sejumlah kritikus yang diasingkan di bawah kepemimpinan Iran. Demonstrasi anti-pemerintah di Iran telah berlangsung selama enam hari dan membunuh 21 orang.

Garda Revolusi Iran telah mengerahkan pasukan ke tiga provinsi untuk menghentikan kerusuhan. Komandan Garda Revolusi Mayjen Mohammad Ali Jafari mengatakan, dia telah mengirim pasukan ke Provinsi Hamadan, Isfahan, dan Lorestan.

Unjuk rasa ini berawal dari kesulitan ekonomi yang diderita oleh rakyat kelas pekerja. Demonstrasi kemudian berkembang menjadi kekuatan untuk melawan elite, terutama pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

Demonstrasi muncul secara spontan dan tanpa pemimpin yang jelas. Awalnya demonstrasi dilakukan di lingkungan kelas buruh dan kota-kota kecil, namun gerakan ini tampaknya juga mulai menarik perhatian kalangan kelas menengah dan aktivis yang juga ikut serta dalam demonstrasi 2009.

Baca juga, Ada yang Berbeda dalam Demonstrasi Iran Kali Ini.

Kerusuhan di Iran telah menarik banyak tanggapan internasional. Eropa mengungkapkan, kegelisahan atas reaksi gembira para pemimpin AS dan Israel mengenai penentangan rakyat terhadap ulama Iran.

Sementara itu, ribuan warga Iran lainnya mengambil bagian dalam demonstrasi pro-pemerintah di beberapa kota pada Rabu (3/1) pagi. Demonstrasi ini disponsori oleh pemerintah, yang bertujuan untuk mencegah melebarnya perbedaan pendapat.

Televisi negara menyiarkan langsung demonstrasi pro-pemerintah ini. Para demonstran terlihat melambaikan bendera Iran dan membawa potret Khamenei, pemimpin penting Iran sejak 1989.

Pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon, Sayyid Hassan Nasrallah, mengatakan demonstrasi anti-pemerintah di Iran terjadi karena adanya ketidakpuasan ekonomi. Menurutnya unjuk rasa kali ini tidak berakar pada isu-isu politik seperti yang terjadi pada 2009.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement