REPUBLIKA.CO.ID,ISLAMABAD -- Menteri Luar Negeri Pakistan Khawaja Asif, pada Rabu (3/1), mengatakan sejarah telah mengajarkan mereka untuk tidak secara buta memercayai Amerika Serikat (AS). Pernyataannya ini merupakan respons atas tudingan Presiden AS Donald Trump yang menyebut Pakistan memberikan tempat aman bagi milisi Taliban Afghanistan.
Melalui akun Twitter pribadinya, Asif membela negaranya dan membeberkan sejumlah permasalahan Pakistan yang disebabkan oleh AS. Ia menilai Pakistan telah melakukan banyak pengorbanan untuk AS yang pada akhirnya menyebabkan kondisi negaranya terpuruk.
"Kami menganggap musuh Anda (AS) sebagai musuh kami sendiri. Kami memenuhi Teluk Guantanamo, kami melayani Anda dengan antusias sehingga kami meninggalkan negara kami dalam keadaan kekurangan listrik dan gas," tutur Asif dalam cicitannya di Twitter, dikutip laman Anadolu Agency.
"Kami mencoba untuk menyenangkan Anda dengan mengorbankan ekonomi kami. Kami menyediakan puluhan ribu visa sebagai akibat dari jaringan Black Water yang tersebar di seluruh negara kita," kata Asif.
Menurut Asif, militer Pakistan pun telah berjuang dengan sangat gigih dalam melawan kelompok milisi dan teroris. "Selama empat tahun terakhir, kita telah membersihkan puing-puing. Pasukan kita bertempur dengan cara yang patut dicontoh, ada banyak sekali pengorbanan," ujarnya.
Menurut data yang dirilis oleh Pakistan pada Selasa (2/1), setidaknya 62.421 orang, 50 ribu di antaranya adalah warga sipil dan sisanya adalah petugas keamanan, hilang dalam rentang 2013 hingga 2017 saat perang melawan teror. Tak hanya itu, secara ekonomi, aksiteror telah menyebabkan Pakistan rugi 123 miliar dolar AS.
Sementara hubungan antara Pakistan dan AS dalam perang melawan terorisme telah anjlok ke posisi terendah dalam beberapa tahun terakhir. Penyebab utama hal ini adalah karena benturan kepentingan kedua negara terkait situasi di Afghanistan.
Awal pekan ini, melalui akun Twitter pribadinya, Trump mengatakan bahwa AS telah dengan bodohnya memberikan bantuan miliaran dolar kepada Pakistan. Padahal Pakistan, menurutnya, telah menghambat kepentingan AS, yakni dengan cara menyediakan tempat perlindungan bagi kelompok teroris Afghanistan.
"Dengan bodohnya telah memberi Pakistan lebih dari 33 miliar dolar bantuan selama 15 tahun terakhir, dan mereka tidak memberikan apa-apa selain kebohongan dan kebohongan, mengira pemimpin kita sebagai orang bodoh," tulis Trump.
"Mereka memberi tempat yang aman bagi teroris yang kitacari di Afghanistan, dengan sedikit bantuan. Tidak ada lagi!" kata Trump menambahkan.
Dalam sebuah pidato, Trump pun memperingatkan Pakistan agar segera menghentikan dukungan bagi kelompok milisi yang berlindung di sepanjang perbatasan Afghanistan. "Kita tidak bisa lagi diam tentang tempat-tempat aman di Pakistan untuk organisasi teroris, Taliban, dan kelompok-kelompok lain yang menimbulkan ancaman bagi wilayah tersebut dan sekitarnya," katanya.
Buntut dari kemarahan Trump, ia menangguhkan bantuan finansial untuk Pakistan. Hal ini dikonfirmasi oleh Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley pada Selasa (2/1). Ia mengatakan negaranya menangguhkan dana bantuan sebesar 255 juta dolar AS yang dialokasikan untuk Pakistan.
Menurut Haley, dana bantuan militer tersebut ditangguhkan karena AS telah jenuh dengan permainan ganda yang dilakukan Pakistan dalam beberapa tahun terakhir. "Mereka bekerja dengan kami beberapa kali dan mereka juga menyembunyikan para teroris yang menyerang pasukan kami di Afghanistan. Permainan ini tidak dapat diterima oleh pemerintah AS," ujarnya.
Haley tidak menjelaskan apakah ada prasyarat spesifik yang dibutuhkan Pakistan untuk mendapatkan kembali bantuan finansial dari AS.