REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang mengaku akan tetap waspada di tengah rencana perundingan damai Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel). Negeri Sakura berpendapat, negosiasi damai tidak akan membuat Korut menghentikan program nuklir dan rudal jelajah antarbenua (ICBM) mereka.
"Saya pikir yang paling penting adalah tetap mempertahankan postur pertahanan yang kuat," kata Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera di Tokyo, Jumat (5/1).
Onodera mengatakan, Korut telah melewati fase-fase dialog dan provokasi yang jelas, namun bagaimana pun mereka tentu tetap meneruskan pembangunan nuklir dan misilnya. Dia melanjutkan, Jepang tidak berniat melemahkan peringatan dan pengawasan terhadap Korut.
Pernyataan serupa juga dilontarkan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Dia mengatakan, kemampuan nuklir Korut sangat tidak bisa diterima. Menurut Abe, hal itu membuat Jepang saat ini dihadapkan pada situasi keamanan terburuk setelah Perang Dunia II.
Abe mendesak masyarakat internasional bersama-sama menekan Korut dalam upaya memaksa rezim yang ada agar menyerah dengan ambisi nuklirnya. Abe menegaskan, kepemilikan senjata nuklir Korut sama sekali tidak dapat diterima.
Sementara, Korut dan Korsel sepakat menggelar perundingan tingkat tinggi pada Selasa (9/1) nanti. Selain membahas tentang potensi partisipasi Korut dalam Olimpiade Musim Dingin PyeongChang, momen itu pun akan dimanfaatkan untuk membicarakan cara merehabilitasi hubungan kedua negara.
Juru Bicara Kementerian Unifikasi Seoul Baik Tae-hyun mengatakan, Korsel akan tetap pada pendiriannya terkait upaya denuklirisasi Korut. Korsel juga akan tetap berkomunikasi dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya menyangkut usaha tersebut.
Meski demikian, Presiden Korut Kim Jong-un menegaskan negaranya tetap akan memproduksi senjata nuklir secara massal. Dia juga memperingatkan akan melakukan serangan nuklir jika negaranya terancam.
Advertisement