REPUBLIKA.CO.ID,RIYADH -- Arab Saudi mengatakan telah mencegat sebuah rudal balistik yang ditembakkan ke negara tersebut oleh pemberontak Houthi Yaman. Dilansir Aljazirah, Jumat (5/1), pernyataan Saudi disampaikan beberapa jam setelah Houthi mengklaim telah meluncurkan serangan tersebut.
Saluran TV milik negara Al Ekhbariya melaporkan pasukan pertahanan Saudi mencegat rudal tersebut di atas Najran, sebuah wilayah perbatasan selatan kerajaan dengan Yaman, sebelum rudal mencapai sasarannya.
Al Masirah, jaringan TV yang dijalankan oleh pemberontak Houthi, mengatakan kelompok tersebut mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut melalui Twitter.
Houthi mengatakan mereka memiliki peluncuran rudal balistik jarak dekat dengan target militer di Arab Saudi. Pemberontak melepaskan rudal Qaher-2M buatan era Uni Soviet ke sebuah instalasi militer di Najran. Rudal ini memiliki jangkauan hingga 400 km.
Al Masirah juga mengatakan dalam beberapa jam serangan rudal tersebut, koalisi Saudi membalas dengan beberapa serangan udara terhadap Saada, sebuah tempat bagi kubu Houthi. Aljazirah tidak dapat secara independen memverifikasi pernyataan tersebut.
Arab Saudi, yang didukung oleh AS dan negara-negara lain, telah meluncurkan lebih dari 15 ribu serangan udara terhadap sasaran Houthi sejak Maret 2015. Sementara puluhan rudal telah ditembakkan ke kerajaan tersebut dari Yaman.
Bulan lalu, Houthi mengatakan salah satu rudal mereka mencapai sasaran militer di Arab Saudi, tanpa menentukan lokasinya. Pejabat Saudi mengatakan bahwa mereka mencegat rudal tersebut.
Koalisi yang dipimpin Saudi sebelumnya telah menuduh Iran membantu kelompok Houthi dengan menyelundupkan rudal ke milisi Houthi di Yaman yang bertujuan untuk menyerang Arab Saudi. Iran telah berulang kali menolak tuduhan mempersenjatai Houthi.
Perang di Yaman, negara termiskin di kawasan ini, dimulai pada 2014 setelah pemberontak Houthi menguasai ibukota Sanaa dan mulai maju ke selatan menuju kota terbesar ketiga di negara itu, Aden. Prihatin dengan bangkitnya pemberontak Houthi, yang diyakini didukung oleh saingan regional Arab Saudi, kerajaan dan sebuah koalisi negara-negara Arab Sunni meluncurkan sebuah intervensi pada 2015.
Ddalam bentuk kampanye udara besar-besaran yang ditujukan koalisi untuk mengembalikan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi. Sejak itu, lebih dari 10 ribu orang terbunuh dan setidaknya 40 ribu terluka, kebanyakan dari serangan udara pimpinan Saudi.