REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dewan Keamanan PBB menggelar sebuah pertemuan darurat pada Jumat (5/1). Dalam pertemuan tersebut, Amerika Serikat (AS) meminta Dewan Keamanan PBB merespons situasi di Iran, yakni dengan memperkuat pesan yang disuarakan pada demonstran.
"Hari ini rakyat Iran berbicara kepada pemerintah mereka dan pesan mereka tak terbantahkan, yakni hentikan dukungan terhadap terorisme. Berhentilah memberikan miliaran uang kami untuk para pembunuh dan diktator," kata Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley dalam pertemuan tersebut, seperti dilaporkan laman Anadolu Agency.
(Baca: Iran Klaim Miliki Bukti Keterlibatan Asing dalam Demonstrasi)
Ia mengatakan Dewan Keamanan PBB harus memperkuat pesan rakyat Iran dan memperingatkan bahwa Teheran saat ini sedang diperhatikan. "Dunia akan mengawasi apa yang Anda (Iran) lakukan," kata Haley.
Namun kehendak AS ini mendapat penentangan dari Rusia. Duta Besar Rusia di Dewan Keamanan PBB Vasily Nebenzya menilai AS telah menyalahhgunakan posisinya di Dewan Keamanan untuk membahas topik yang sama sekali tidak pantas. "Topik yang dipilih hari ini tidak termasuk dalam hakprerogatif," ucapnya.
Pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada Jumat kemarin memang digelar atas permintaan AS. Washington menilai, penting bagi Dewan Keamanan PBB untuk merespons situasi di Iran.
Nebenzya mengungkapkan negaranya memang menyesalkan jatuhnya korban jiwa dalam gelombngan demonstrasi di Iran. Kendati demikian, menurutnya, Iran harus dibiarkan untuk mengatasi masalahnya sendiri dan tidak diinterferensi pihak luar. "Kami tidak ingin terlibat dalam destabilisasi Iran atau negara lain," ujar Nebenzya.
Gelombang demonstrasi di Iran terjadi sejak 28 Desember. Unjuk rasa besar-besaran ini digelar dalam rangka memprotes naiknya harga komoditas di sana. Aksi demonstrasi ini pun diwarnai kericuhan yang telah menyebabkan sedikitnya 21 orang tewas.