REPUBLIKA.CO.ID, BANGLADESH -- Wabah Difteri merupakan infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium. Gejala penyakit ini berupa sakit tenggorokan, demam dan terbentuknya lapisan di amandel dan tenggorokan. Wabah Difteri juga telah menyerang ribuan pengungsi Rohingya di Bangladesh.
Tim Kemanusiaan Rumah Zakat, Tri Yanto mengatakan, Difteri banyak ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia termasuk juga di Bangladesh. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diperkirakan sekitar 2 ribu pengungsi Rohingya terjangkit Difteri.
"Setiap harinya ada seratusan kasus Difteri baru dengan mayoritas yang terjangkit adalah anak-anak," kata Tri melalui keterangan tertulis kepada Republika, Jumat (5/1).
Ia menginformasikan, sampai 1 Januari 2018 sudah 24 pengungsi Rohingya yang meninggal akibat Difteri. Menyikapi kondisi ini, maka Tim Kemanusiaan Rumah Zakat yang tergabung dalam Indonesia Humanitarian Alliance menyelenggarakan aksi layanan kesehatan dan program edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Ia menjelaskan, sasaran program PHBS adalah anak-anak pengungsi Rohingya di Jamtoli Camp, Bangladesh. Anak-anak diajari tata cara mencuci tangan yang benar, mengajak anak-anak menggunting kukunya yang kotor, dan mengadakan permainan edukatif bertema kesehatan.
"Hari Kamis (4/1), kami juga memberikan layanan kesehatan kepada 180 pengungsi Rohingya," ujarnya.