REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron melakukan pembicaraan pada Sabtu (7/1) waktu setempat di Gedung Putih. Dalam pembicaraan tersebut, Trump memberikan informasi kepada Macron mengenai perkembangan di Semenanjung Korea dan keduanya juga membahas tentang demonstrasi di Iran.
Juru bicara Gedung Putih mengatakan percakapan tersebut dimaksudkan untuk menggarisbawahi keteguhan AS, Korea Selatan (Korsel) dan internasional untuk mencapai denuklirisasi penuh Korea Utara (Korut). "Kedua presiden juga sepakat demonstrasi yang meluas di Iran merupakan pertanda kegagalan rezim Iran dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya karena hanya mengalihkan kekayaan negara untuk mendanai terorisme dan militansi di luar negeri," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan tertulis.
Korsel dan Korut sudah sepakat mengadakan pembicaraan pada pekan ini di Peace House yang terletak di perbatasan kedua negara Korea tersebut. Ini adalah pertanda baik dalam pemulihan hubungan yang sempat menegang beberapa waktu lalu. Dan pembicaraan awal juga telah dilakukan dengan membahas Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korsel. Salah seorang pejabat Korut mengatakan Korut bersedia mengirimkan perwakilannya dalam olimpiade tersebut.
Adapun demonstrasi besar-besaran di Iran yang terjadi selama beberapa hari itu dilaporkan karena tuntutan memburuknya ekonomi rakyat. Aksi unjuk rasa itu berujung kekerasan antara demonstran dan pihak keamanan yang telah menewaskan sedikitnya 21 orang. Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khomenei menyatakan demonstrasi tersebut disulut oleh pihak asing.