REPUBLIKA.CO.ID, PAPUA NUGINI -- Di dataran tinggi Papua Nugini, pertikaian antar suku bukanlah masalah yang main-main. Kekerasan antarsuku diperkirakan membunuh ratusan orang dan menggusur ribuan lainnya.
Namun Komite Palang Merah Internasional (ICRC) berharap, pertunjukan komedi dan drama bisa membantu mendidik masyarakat setempat dan mengurangi dampak konflik kesukuan yang menghancurkan. "Gagasan tentang pertunjukan drama pada dasarnya membawa pesan kemanusiaan kepada penduduk di dataran tinggi," kata kepala misi ICRC di negara tersebut, Mark Kessler.
Pertunjukannya disesuaikan untuk khalayak mereka dan sering menggunakan pemain lokal yang berbicara bahasa setempat. Para pemain menirukan adegan menembak dan membakar desa, diselingi diskusi tentang apa yang mereka lakukan dari fasilitator Palang Merah.
"Ini partisipatif, jadi kami menghentikan dramanya pada momen-momen tertentu sehingga penonton bisa membantu kami mengatakan apa yang salah," kata Kessler.
Para pemain akhirnya mengubah perilaku mereka setelah orang banyak yang tidak setuju, dengan sang pemimpin mengatakan kepada aktor yang meniru sosok dirinya: "Kami hanya akan melawan para pria, apakah Anda mengerti?".
"Jangan bunuh perempuan atau anak-anak."
Ini adalah pesan yang sangat penting, karena konflik kesukuan memiliki konsekuensi kemanusiaan yang sangat besar di Papua Nugini. "Dampak pertempuran antar suku sangat besar," kata Kessler.
"Ini pada dasarnya menghambat atau mengganjal pembangunan infrastruktur, program pendidikan, program kesehatan.”
"Ini memengaruhi semua orang, para lansia, anak-anak, perempuan."
Pertunjukan tersebut merupakan bagian dari program Palang Merah untuk mengenalkan prinsip kemanusiaan pada konflik kesukuan, seperti tak membunuh warga sipil dan petugas kesehatan, dan tak merusak infrastruktur publik. Banyak peraturannya serupa dengan yang digunakan orang-orang di dataran tinggi untuk menghormati golongan tertentu, tapi aturan itu telah dilanggar mengingat senjata digunakan dan konflik semakin intensif.
Komedi juga merupakan komponen utama pertunjukan, dengan para pemain menirukan orang mabuk dan perilaku konyol untuk menghibur para penonton. "Kami tahu mereka menyukai pertunjukan drama di tempat yang tidak ada internet, tidak ada TV dan tempat di mana tidak banyak aktivitas terjadi sepanjang hari," kata Kessler.
Palang Merah juga memberikan bantuan kepada orang-orang yang mengungsi karena konflik kesukuan. Palang Merah mengatakan, pihaknya tak bisa mengukur dampak kdari omponen drama dalam pekerjaannya, namun mereka percaya bahwa masyarakat memperhatikannya.
"Kami berharap hal itu membuka masalahnya, sehingga membuat orang berpikir, membuat orang berdiskusi di dalam keluarga mereka," kata Kessler.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.