REPUBLIKA.CO.ID, Emilie Konig adalah salah satu potret bagaimana ISIS menjadi pelarian bagi orang-orang yang depresi. ISIS menjadi wadah untuk mereka yang memiliki kemarahan besar dalam hidupnya.
Konig adalah seorang perempuan asal Lorient, Brittany. Ia menganggap dirinya gagal dalam kehidupan sehingga memutuskan pergi ke Suriah. Ia sempat ditemui sosiolog dan pembuat dokumentar, Agnes de Feo saat membahas soal kebijakan niqab di Prancis.
Bulan lalu, Konig ditangkap sebagai salah satu perekrut ISIS dari Prancis. Pasukan Kurdi Suriah menahan dan mengadilinya atas tuduhan kejahatan merekrut untuk kelompok teror dan rutin menyebarkan propaganda.
Ia ditahan bersama tiga anaknya yang masih kecil. Semuanya lahir di tengah konflik Suriah selama lima tahun ia tinggal di pusara kelompok ISIS. Konig ditangkap bersama beberapa perempuan Prancis lain.
Ibu Konig yang tinggal di Brittany mengatakan putrinya itu sebenarnya ingin pulang ke Prancis. Ia mengaku menyesali segala perbuatannya dan berjanji mempertanggungjawabkannya di Prancis.
"Ia minta maaf pada keluarga, teman dan negaranya," kata sang ibu pada surat kabar Ouest France. Namun pemerintah Prancis tidak sedang mood untuk memberi maaf sehingga Konig dibiarkan menghadapi peradilan di Suriah.
Pasukan Kurdi menjamin Konig akan diadili secara adil. Pada Senin (8/1), Kurdi merilis video Koniq tanpa memakai hijab untuk mengklafirikasi tuduhan penyiksaan di tahanan. Kurdi menjamin Konig diperlakukan dengan benar.
Pada The Local, Agnes de Feo menceritakan pertemuannya dengan Konig pada 2012 lalu. Saat itu, ia sedang membuat dokumenter tentang perempuan Prancis yang memakai cadar. Padahal saat itu, kebijakan pemerintah menyebutnya ilegal.
Kisah Konig mengalir dengan pahit. De Feo mengatakan Konig adalah perempuan kesepian yang terluka dan punya kemarahan tersembunyi dalam dirinya. Ia membenci masyarakat dan depresi karena tidak bisa menemukan kedamaian.
"Emilie punya kemarahan sangat besar dalam dirinya," kata De Feo. Hidupnya gagal baik dalam tataran profesional, keluarga dan pribadi. Ia menderita penghinaan dan ingin sekali balas dendam.