REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Gerakan bersenjata Houthi di Yaman, mengancam akan menutup jalur pelayaran strategis Laut Merah jika pasukan gabungan pimpinan Arab Saudi terus mendorong ke arah pelabuhan Hodeidah yang dikendalikan Houthi, lapor kantor berita kelompok Houthi, SABA.
Yaman terletak di sebelah selatan Laut Merah, salah satu rute perdagangan terpenting di dunia bagi pelayaran kapal tanker minyak, yang berlayar dari Timur Tengah melalui Terusan Suez menuju Eropa.
SABA tidak memberikan keterangan tentang langkah seperti apa yang akan diterapkan oleh gerakan Houthi. Selat Bab al-Mandab, tempat bertemunya Laut Merah dengan Teluk Aden di Laut Arab, hanya memiliki lebar 20 kilometer, membuat ratusan kapal berpotensi menjadi sasaran serangan.
"Jika penyerang terus mendorong Hodeidah dan jika solusi politik mengalami kebuntuan, ada beberapa pilihan strategis yang akan diambil sebagai titik balik, termasuk menutup jalur pelayaran internasional di Laut Merah," kata Kepala Dewan Politik Ansarullah Saleh al-Samad, sebuah unsur gerakan Houthi.
"Kapal mereka melewati perairan kami, sementara warga kami kelaparan," kata Samad seperti dikutip saat bertemu pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pejabat PBB telah berusaha membawa kedua belah pihak ke meja perundingan, setelah perundingan sebelumnya terhenti pada 2016. Samad mengatakan bahwa gerakan tersebut siap memberikan konsesi dalam setiap perundingan politik untuk menghentikan pertumpahan darah.
Yaman, salah satu negara Arab termiskin di dunia terlibat dalam perang boneka antara gerakan bersenjata Houthi yang bersekutu dengan Iran dan sebuah gabungan militer dukungan AS yang dipimpin Arab Saudi. Sekitar 8 juta orang berada di ambang kelaparan, lebih dari 10 ribu lainnya tewas dan puluhan ribu lagi terjangkit kolera, difteri dan penyakit lainnya.
Pasukan gabungan pimpinan Saudi telah mencoba sejak awal perang pada Maret 2015, untuk merebut kendali Hodeidah, pelabuhan terbesar Yaman yang menerima 80 persen impor Yaman. Mereka belakangan ini melancarkan serangan darat dan serangan udara yang gencar.
Pada Selasa, Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Anwar Gargash mengatakan dalam Twitternya ancaman tersebut merupakan bukti lain dari "sifat teroris milisi Houthi", terutama saat Samad bertemu dengan utusan PBB. UAE adalah mitra utama pasukan militer gabungan dalam melawan gerakan Houthi.