REPUBLIKA.CO.ID, MUMBAI -- Pemerintah India sejak tahun 2016 melarang uang kertas 500 dan 1000 rupee beredar di masyarakat-nya. Ini merupakan langkah drastis untuk memerangi penggelapan uang dan peredaran uang palsu. Dorongan untuk menuju ekonomi digital disebut-sebut mulai mengemuka.
Meskipun bank sentral India membuat jelas laporan tahunannya akhir tahun lalu bahwa demonetisasi gagal membersihkan penggelapan uang, larangan tersebut memaksa masyarakat untuk go digital. Efeknya sekarang bisa terlihat.
Menurut firma riset eMarketer, India sekarang merupakan pasar "mobile payment" tercepat di dunia. Jarak pembayaran mengacu pada pemindaian, penyadapan, gesekan kartu, atau pengecekan dengan perangkat selular pada titik penjualan.
Jumlah pengguna pembayaran mobile di India melonjak 75,5 persen dari 32 juta di tahun 2016 menjadi 56,2 juta di tahun 2017. Jumlah ini diperkirakan akan tumbuh menjadi 77,8 juta, hampir 30 persen dari jumlah pengguna smartphone di India pada tahun ini.
Dilansir Tech in Asia.com, tidak seperti Cina yang pembayaran mobile telah terjadi di mana-mana. Tingkat pertumbuhan ekonomi India berasal dari basis pengguna mobile yang rendah. Jadi, bukan seolah-olah India telah berhasil mengikuti pembayaran mobile Cina, sebaliknya, India telah menjadi pasar dengan pertumbuhan tercepat, sebab masyarakatnya beralih. India dalam hal ini akan menambah harapan bahwa India akan mengikuti jejak Cina untuk menjadi negara dengan ekonomi digital dan mobile.
Angka-angka tersebut di atas, didasarkan pada analisis data pemasok dari perusahaan riset, instansi pemerintah, perusahaan media, dan perusahaan publik, ditambah wawancara dengan eksekutif periklanan dan penerbitan serta pembeli iklan.