REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pemimpin sipil Myanmar Aung San Suu Kyi mengatakan pada Jumat (12/1), ia menilai tanggung jawab yang diambil militer negeri itu yang mengakui para prajuritnya terlibat dalam pembunuhan 10 orang Muslim Rohingya sebagai langkah positif.
Dalam sebuah pernyataannya militer menyatakan pada Rabu (10/1), bahwa para prajurit bersama dengan warga desa penganut Buddha telah membunuh 10 'teroris' Muslim di sebuah desa di negara bagian Rakhine utara, Myanmar, pada awal September dan tindakan itu akan diambil terhadap mereka yang bertanggung jawab.
Ketika ditanya di sebuah jumpa pers dengan Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono tentang pengakuan terhadap tindakan salah yang jarang dilakukan oleh militer, yang dikenal dengan nama Tatmadaw, Suu Kyi berkata, "Tatmadaw menginvestigasi dan akan mengambil aksi perlu mengenai hal itu."
"Ini langkah baru bagi negara kami," katanya, menurut transkrip yang disiarkan di halaman Facebook-nya. "Saya melihatnya cara itu karena sebuah negara perlu ambil tanggung jawab untuk ketertiban hukum di negara ini, dan ini adalah langkah pertama yang dilakukan dengan mengambil tanggung jawab dan ini merupakan sesuatu yang positif."
Suu Kyi jarang berbicara ke media dan telah sedikit berbicara di depan publik mengenai krisis di bagian barat negara itu. Tenetara, yang tak berada di bawah kendali pemerintahaan sipil, melancarkan serangan balik di bagian utara Rakhine menanggapi serangan-serangan militan pada 25 Agustus, yang memicu eksodus 650 ribu warga desa Rohingya ke Bangladesh.
Ditanya apakah pengungkapan mengenai pembunuhan itu di desa Inn Din, sekitar 50 km sebelah utara Siitwe, ibu kota negara bagian tersebut, bisa menjadi kekhawatiran bagi para pengungsi yang diminta pulang, Suu Kyi berkata,"Sebagian orang mungkin takut, tapi ini bukan sesuatu yang telah terjadi saat ini."