REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Kepolisian Toronto, Kanada, tengah menyelidiki sebuah serangan terhadap seorang gadis berusia 11 tahun yang jilbabnya dipotong saat ia tengah berjalan ke sekolah pada Jumat (12/1). Insiden itu menambah tekanan pada pemerintah Kanada untuk melakukan tindakan lebih lanjut terhadap serangan pada warga Muslim.
Seorang penyerang, dalam dua upaya antara waktu 10 menit, memotong jilbab seorang gadis bernama Khawlah Noman dengan menggunakan gunting.
Juru bicara polisi Toronto mengatakan, saat itu gadis kelas 6 SD itu sedang berjalan ke sekolah bersama kakaknya. Jilbab digunakan sebagai penutup kepala yang dikenakan wanita dan anak-anak perempuan Muslim.
"Saya merasa bingung, takut, dan ngeri. Saya berteriak. Pria itu baru saja kabur. Kami mengikuti kerumunan orang ini agar aman. Dia datang lagi. Dia terus memotong jilbabku lagi," kata Noman, dilansir dari Arab News, Sabtu (13/1).
Dewan Sekolah Distrik Toronto mengatakan, bahwa mereka terkejut mendengar tentang serangan, yang disebut oleh Perdana Menteri Ontario Kathleen Wynne sebagai "tindakan pengecut yang sangat memalukan" yang tidak mewakili provinsi tersebut. Namun demikian, polisi belum berhasil menangkap pelaku pengguntingan jilbab tersebut.
Serangan tersebut terjadi saat Kanada mendekati peringatan pertama penembakan mematikan di sebuah masjid di kota Quebec, yang menewaskan enam orang saat tengah shalat. Seorang mahasiswa Prancis-Kanada telah dikenai tuduhan sebagai tersangka tunggal.
Bulan lalu, seorang hakim Quebec menangguhkan undang-undang yang melarang orang mengenakan pakaian niqab dan penutup wajah lainnya saat memberikan atau menerima layanan publik. Peneliti telah mendokumentasikan adanya peningkatan aktivis ekstremis sayap kanan di Kanada, yang sebagian besar menargetkan Muslim.
Sebuah survei yang dilakukan tahun lalu oleh Komisi Hak Asasi Manusia Ontario menemukan, bahwa lebih banyak orang yang melaporkan mereka memiliki perasaaan sangat negatif tentang Muslim daripada kelompok lainnya.
Di sisi lain, Dewan Nasional Muslim Kanada telah meminta pemerintah federal untuk mengumumkan 29 Januari sebagai hari penembakan masjid, hari peringatan dan tindakan terhadap Islamofobia. Sementara itu, pemerintah belum mengatakan apakah akan menetapkannya atau tidak.