REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani menilai Amerika Serikat (AS) gagal menjaga kesepakatan nuklir yang dicapai pada 2015. Ini menyusul keputusan Presiden AS Donald Trump yang ingin memperketat perjanjian itu di masa depan.
"Pemerintah Amerika telah gagal dalam melaksanakan perjanjian nuklir. Trump dengan segala kemampuannya tak bisa memenuhi perjanjian yang merupakan kejayaan panjang Iran," kata Presiden Hassan Rouhani dalam pidato di media pemerintah.
Kesepakatan bersama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) terkait nuklir ditandatangani Cina, Prancis, Jerman, Rusia, AS dan Inggris. Perjanjian itu menangguhkan sanksi ekonomi Paman Sam yang dijatuhkan kepada Iran menyusul program nuklir mereka.
Iran lantas mendapatkan pengawasan ketat terkait program nuklir mereka. Kesepakatan akan dievaluasi ulang setiap 120 hari guna menilai apakan Iran masih memberikan komitmen mereka terhadap perjanjian tersebut.
Namun pada Oktober tahun lalu, Trump menyatakan Iran telah melenceng dari kesepakatan tersebut. AS lantas mengancam akan menarik diri dan segera memberlakukan sanksi sebelumnya atau hukuman baru pada negara tersebut.
Trump lantas sepakat menjaga perjanjian untuk kali ini dengan syarat jika kesepakatan nuklir harus diamandemen untuk kedepannya. Jika tidak, AS benar-benar akan keluar dari kesepakatan tersebut.
Pemerintah Iran menegaskan, kesepakatan nuklir yang telah dicapai tidak bisa dinegosiasikan ulang baik saat ini ataupun di masa depan. Iran menegaskan akan tetap berkomitmen pada kesepakatan tersebut jika semua pihak yang terlibat memberikan komitmen serupa.
Pemerintah Iran menegaskan akan memperkuat kemampuan rudalnya tanpa meminta izin dari negara manapun jika kesepakatan tersebut bubar. Iran beralasan jika peningkatan kekuatan militer itu dilakukan untuk menjaga kedaulatan negara dari segala bentuk ancaman.
Advertisement