REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Tentara Suriah bertekad untuk mengakhiri segala bentuk kehadiran Amerika Serikat di negara tersebut. Demikian dilaporkan televisi pemerintah pada Senin (15/1) mengutip sumber resmi di kementerian luar negeri.
Koalisi yang dipimpin AS disebut sedang bekerja sama dengan milisi Suriah untuk membentuk pasukan perbatasan baru yang terdiri dari 30 ribu personel.
Kementerian Luar Negeri Suriah mengecam pasukan perbatasan yang didukung Amerika Serikat itu. Rencana itu, kata Suriah, merupakan serangan terang-terangan atas kedaulatannya.
Langkah tersebut juga meningkatkan kemarahan Turki atas dukungan Amerika Serikat untuk pasukan yang didominasi Kurdi di Suriah.
Kementerian Luar Negeri Turki pada Ahad (14/1) sebagaimana dikutip dari Xinhua, menyatakan tindakan Amerika Serikat untuk membentuk pasukan pemantau perbatasan di Suriah Utara adalah keputusan sepihak.
Baca juga, AS Kecam Bom Rusia dan Suriah yang Tewaskan Oposisi.
Di dalam satu pernyataan tertulis, Kementerian Turki mengatakan tidak jelas dengan anggota koalisi mana AS berkonsultasi dan mengambil keputusan untuk membentuk pasukan semacam itu. "Menjelaskan langkah sepihak atas nama koalisi adalah tindakan yang sangat keliru yang bisa membahayakan perjuangan melawan Da'esh (ISIS)," demikian isi pernyataan itu.
Pernyataan tersebut menggunakan singkatan Bahasa Arab untuk ISIS. "Turki bertekad menghapuskan setiap ancaman yang ditimbulkan terhadap wilayahnya," kata kementerian itu.
Turki memandang YPG sebagai cabang dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK). "Gagasan semacam itu yang membahayakan keamanan nasional kami dan integritas wilayah Suriah dengan melanjutkan kerja sama dengan PYD/YPG, yang bertentangan dengan komitmen dan pernyataan Amerika Serikat tak pernah diterima," kata kementerian tersebut.
Pada 22 Desember 2017, Panglima Komando Sentral AS Jenderal Joseph votel mengumumkan mereka akan membentuk pasukan perbatasan di Suriah yang ia katakan akan membantu mencegah kemunculan kembali IS.
Media Turki melaporkan, sebanyak 400 gerilyawan dilatih oleh AS sebagai penjaga perbatasan. Mereka akan membentuk apa yang mereka namakan "Tentara Utara" di Suriah.