REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Turki akan menghancurkan semua sarang teror di Suriah, satu per satu, dimulai dengan wilayah Afrin dan Manbij. "Mereka yang menikam kita di belakang dan tampaknya menjadi sekutu kita tidak bisa mencegahnya," kata Erdogan seperti diilansir Anadolu, Selasa (16/1).
Presiden mendesak NATO untuk memenuhi tanggung jawabnya kepada mitranya. Ia menjelaskan, Afrin, sebuah distrik di Aleppo dekat perbatasan Turki-Suriah, dikepung oleh organisasi teroris PKK/PYD.
Tentara Turki akan melakukan operasi dengan oposisi Suriah. "Pertarungan ini dibuat untuk mereka, kami membantu saudara-saudara kita di sana sehingga mereka dapat melindungi wilayah mereka sendiri," kata Erdogan.
Dia mengaku, tidak berpikir untuk menghubungi Presiden AS Donald Trump untuk membahas situasi terakhir Suriah. Presiden Turki, bagaimanapun, mengatakan pembicaraan dengan mitranya dari Rusia terus berlanjut.
Erdogan berbicara melalui telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 11 Januari. Erdogan mengecam dukungan AS kepada SDF yang sebagian besar dikendalikan dan diawaki oleh organisasi teroris PKK/PYD di Suriah dalam membentuk sebuah badan perlindungan perbatasan.
"Rezim di Suriah mengatakan ini merupakan ancaman bagi kita'dan mereka tidak pernah condong ke arah formasi semacam itu," katanya.
Pada Sabtu, pasukan keamanan Turki menyerang beberapa target PKK PYD di Afrin untuk mencegah koridor teror terbentuk di sepanjang perbatasan Turki. Koalisi tersebut telah mengeluarkan sebuah pernyataan pada Ahad yang mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan SDF untuk mendirikan dan melatih pasukan perlindungan perbatasan Suriah.
Turki telah lama memprotes dukungan AS untuk PKK/PYD, cabang Suriah dari organisasi teroris PKK, dan sayap militernya PYG, sementara Washington melihatnya sebagai sekutu yang andal dalam perangnya melawan ISIS di Suriah. Terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS dan Uni Eropa, PKK telah melakukan kampanye teror melawan Turki selama lebih dari 30 tahun.