REPUBLIKA.CO.ID, SANTIAGO -- Paus Francis mengaku sangat sedih dan malu atas kerugian yang dirasakan anak-anak akibat pelecehan seksual yang dilakukan pendeta Katolik di Cile. Dalam kunjungan resmi pertamanya ke negara itu, Paus menyampaikan permintaan maaf atas insiden tersebut.
"Saya meminta pengampunan dan mendukung korban dengan memberikan kekuatan sebanyak mungkin. Kita akan mengambil langkah untuk memastikan hal ini tidak akan pernah terjadi lagi," kata Paus Francis saat berbicara di istana kepresidenan di ibu kota Santiago, bersama Presiden Cile Michelle Bachelet, Selasa (16/1).
Pernyataan Paus ini adalah upaya terbaru yang dilakukannya dalam menghadapi dampak dari serangkaian skandal pelecehan seksual oleh pendeta. Skandal ini telah menyebabkan kemunduran gereja Katolik di beberapa wilayah, termasuk Amerika Latin.
Namun, korban pelecehan seksual pendetadi Cile mengatakan kata-kata Paus itu tidak akan memberikan dampak apapun."Ini bukan saatnya untuk menyampaikan permintaan maaf lagi, ini saatnya beraksi," kata Juan Carlos Cruz, yang pernah menjadi korban pelecehan seksual pendeta saat masih berusia 17 tahun.
"Di sini, di Cile, ada para uskup yang telah menyaksikan pelecehan dan mereka menutupinya. Sementara pendeta yang telahmenyalahgunakan kekuasaannya masih berada dalam posisi mereka. Paus harus memecatnya," papar Cruz, dikutip The New York Times.
Setelah meninggalkan istana kepresidenan, Paus Francis melakukan Misa di Santiago bersama Uskup Juan Barros Madrid dari Osorno, sebuah kota di Cile selatan. Uskup Barros telah dituduh melindungi pendeta Fernando Karadima, yang dipecat karena melakukan pelecehan terhadap remaja selama 1980-an dan 1990-an.
Cruz mengatakan keputusan Paus untuk melakukan Misa bersama Uskup Barros menjadi bukti mengapa banyak orang di Amerika Latin telah berpaling dari Katolik. "Ini adalah tanda yang mengerikan dan sinyal yang tidak koheren bagi orang-orang yang telah selamat. Ini alasan mengapa Cile telah kehilangan begitu banyak kepercayaan Katolik," jelasnya.
Paus mendapatkan kritik karena memberikan jabatan uskup kepada Barros pada 2015 meskipun ia mengetahui tuduhan terhadapnya. "Kritikan tersebut terdengar keras dan jelas. Bagaimana bisa ia meminta maaf tapi kemudian melakukan Misa bersama seorang uskup yang dituduh telah menjadi kaki tangan pelaku pelecehan?" kata Marta Lagos, seorang analis politik yang mengawasi studi tentang kemunduran Katolik di Amerika Latin.
Anne Barrett Doyle, co-director BishopAccountability.org, sebuah kelompok yang melacak kasus-kasus pelecehan di gereja, mengatakan ucapan paus di Santiago cukup kuat tapi tidak asing lagi. Paus Francis tahun lalu juga mengakui gereja di Cile lamban menanggapi tuduhan pelecehan dan mengatakan pedofilia adalah sebuah penyakit.