REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Badan PBB yang mengurusi anak-anak (UNICEF), pada Selasa(16/1), memperingatkan tentang ancaman wabah penyakit di kamp pengungsi Rohingya.
Wabah itu bisa menjangkiti 500 ribu anak-anak Rohingya yang tinggal di kamp pengungsian di Bangladesh. Selain karena kondisi kamp yang sesak dan tak layak, datangnya musim topan dan hujan meningkatkan potensi mewabahnya virus.
"Ketika kita mendekati siklon dan musim hujan, situasi yang sudah sangat mengerikan saat ini berisiko menjadi malapetaka. Ratusan ribu anak-anak sudah hidup dalam kondisi mengerikan dan mereka menghadapi risiko penyakit, banjir, dan tanah longsor," kata perwakilan UNICEFdi Bangladesh Edouard Beigbeder dalam sebuah pernyataan, dilaporkan laman Anadolu Agency.
Berdasarkan data yang dicatat UNICEF, setidaknya terdapat lebih dari 4.000 kasus difteri di antara pengungsi Rohingya di Bangladesh. Dari jumlah tersebut, 32 di antaranya telah dinyatakan meninggal, termasuk di dalamnya 24 anak-anak.
Baca juga, Aung San Suu Kyi: Tidak Ada Pembersihan Etnis Rohingya.
Siklon tropis umumnya melanda Bangladesh dua kali dalam setahun, yakni pada Maret hingga Juli dan September hingga Desember. Badai terbesar biasanya terjadi pada bulan Mei dan Oktober. Hal ini tentu akan mengancam kehidupan pengungsi Rohingya di Bangladesh.
Pada Mei 2017, misalnya, Topan Mora melibas sekitarseperempat tempat penampungan sementara di kamp pengungsiaan Rohingya di Bangladesh. Akibatnya, kamp pengungsi menjadi sesak karena harus menampung mereka yang sebelumnya tinggal di tempat penampungan sementara.
Bangladesh dan Myanmar telah menandatangani kesepakatan repatriasi atau pemulangan pengungsi Rohingya. Pemulangan rencananya dimulai pada Selasa (23/1) pekan depan dan akan berlangsung selama dua tahun.
Setiap pekannya, sekitar 1.500 pengungsi Rohingya diBangladesh akan dipulangkan ke Myanmar. Dengan jumlah tersebut, diperkirakanakan ada sekitar 300 pengungsi Rohingya yang akan dikembalikan setiap hari.
Sepanjang kekerasan yang terjadi pada 2016-2017,setidaknya terdapat sekitar 740 ribu pengungsi Rohingya di Bangladesh. Mereka enggan kembali ke kampung dan permukimannya di Rakhine karena takut akankembali menjadi sasaran kekerasan militer Myanmar.