REPUBLIKA.CO.ID,SANTIAGO -- Paus Fransiskus secara terbuka mengungkapkan rasa sakit dan malu pada Selasa (16/1) atas pemerkosaan dan pelecehan terhadap anak-anak oleh pastor di Cile dan kemudian mendengarkan, berdoa dan menangis bersama para korban pada pertemuan pribadi dengan korban. Juru bicara Vatikan Greg Burke mengatakan bahwa pertemuan tersebut terjadi di Kedutaan Besar Vatikan di Santiago.
"Tidak ada orang lain yang hadir, hanya Paus dan korban saja," kata juru bicara tersebut. "Begitulah mereka bisa berbicara tentang penderitaan mereka kepada Paus Fransiskus, yang mendengarkan mereka dan berdoa dan menangis bersama mereka."
Kali ini adalah kedua kalinya dalam perjalanan luar negerinya paus bertemu dengan korban pelecehan seksual, meskipun dia telah bertemu dengan beberapa orang di Vatikan. Pertemuan sebelumnya dilakukan dalam sebuah perjalanan di Philadelphia pada tahun 2015.
Burke menolak memberikan rincian, namun pernyataannya diberikan pada akhir hari yang intens bagi paus, di mana dia berbicara tentang pelecehan seksual dua kali, setelah meminta maaf atas pelecehan yang dia katakan telah menyebabkan "kerusakan yang tidak dapat diperbaiki" kepada para korban.
Paus asal Argentina itu menyampaikan pernyataan pertamanya di istana kepresidenan, La Moneda, sebuah pilihan yang tidak biasa karena paus biasanya berbicara tentang pelecehan seksual terhadap para pemimpin gereja dan bukan politisi.
Tapi skandal tersebut telah mencengkeram negara tersebut, mendorong banyak politisi untuk mengkritik gereja di negara Katolik yang taat itu, di mana krisis tersebut telah merusak kredibilitasnya. "Di sini saya merasa wajib untuk mengungkapkan rasa sakit dan rasa malu saya atas kerusakan yang tidak dapat diperbaiki yang ditimbulkan oleh beberapa menteri gereja kepada anak-anak," katanya, yang disambut tepuk tangan meriah, termasuk dari Presiden Michelle Bachelet dan para diplomat.
"Saya satu dengan uskup saya, karena benar meminta pengampunan dan melakukan segala upaya untuk mendukung para korban, bahkan saat kami berkomitmen untuk memastikan hal tersebut tidak terjadi lagi," katanya.
Krisis tersebut berpusat pada penunjukan Uskup Juan Barros untuk memimpin keuskupan kecil Osorno di Chile selatan-tengah oleh paus pada 2015. Barros, yang menghadiri misa kepausan pada Selasa, telah dituduh melindungi mantan mentornya, Pastor Fernando Karadima, yang dinyatakan bersalah dalam penyelidikan Vatikan pada tahun 2011 karena melecehkan remaja laki-laki selama bertahun-tahun. Karadima membantah tuduhan tersebut, dan Barros mengatakan bahwa dia tidak mengetahui adanya pelanggaran.
"Ada banyak kebohongan yang dikisahkan tentang situasi saya," katanya kepada Reuters setelah misa tersebut.
Tidak jelas apakah korban yang ditemui paus dilecehkan oleh Karadima. Burke hanya akan mengatakan bahwa mereka semua adalah korban pelecehan oleh para pastor. Seiring dengan semakin berkembangnya sekularisasi, skandal tersebut telah mencederai citra gereja yang membela hak asasi manusia selama kediktatoran Augusto Pinochet 1973-1990.
Sebuah jajak pendapat oleh kelompok thinktank yang berbasis di Santiago, Latinobarometro, bulan ini menunjukkan bahwa jumlah orang Chile yang menyebut diri mereka orang Katolik turun menjadi 45 persen tahun lalu, dari 74 persen di tahun 1995.
Fransiskus kembali ke tema pelecehan pada Selasa malam dalam sebuah pidato kepada para imam dan biarawati di katedral Santiago. Dia berbicara tentang "kejahatan besar dan menyakitkan ini" yang menyebabkan korban dan keluarga mereka "melihat kepercayaan yang mereka berikan kepada para menteri gereja dikhianati."
Namun dia mengatakan bahwa dia juga mengerti penderitaan para imam dan biarawati yang tidak terkait dengan pelecehan dan telah dengan tidak adil ikut terhina, termasuk "dihina di metro atau berjalan di jalan."