Sabtu 20 Jan 2018 02:00 WIB

'Kami adalah yang Membunuh dan Menyiksa Imigran Muslim'

Kelompok garis keras juga menyerang warga.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Teguh Firmansyah
Islamofobia (ilustrasi)
Foto: Bosh Fawstin
Islamofobia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Kelompok neo-Nazi mengancam Asosiasi Muslim Yunani dan organisasi promigran. Hal itu terjadi di tengah kondisi munculnya kekarasan anti-imigran di Ibu Kota Yunani.

Salah seorang anggota Asosiasi Muslim Yunani Anna Stamou mengungkapkan kelompok tersebut mengancam melalui telepon. "Kami adalah kelompok yang membunuh, membakar, memukul, dan menyiksa imigran, terutama Muslim," kata Stamou menjelaskan isi ancaman telelpon tersebut," ujarnya dikutip laman Aljazirah, Jumat (19/1).

Kelompok tersebut dikabarkan juga menyerang salah satu rumah dengan melemparkan botol bir dan batu. Begitu juga dengan menghancurkan jendela dan meninggalkan pesan untuk meninggalkan lokasi tersebut.

Dia mengatakan, ternyata yang mendapatkan ancman tersebut tak hanya asosiasnya. "Kami melaporkan kepada pejabat di sini, lalu larut malam kami menemukan bahwa banyak organisasi memiliki ancaman yang sama," ujar Stamou.

Bahkan yang menjadi sasaran dari ancaman tersebut juga masyarakat sipil. Stamou mengungkapkan kelompok yang mengaku sebagai bagian dari Crypteia itu juga menyerang seluruh masyarakat.

Sebutan Crypteia merupakan referensi untuk sekelompok Spartan kuno yang terkenal karena serangannya. Kelompok tersebut dikenal suka main hakim sendiri dan berasal dari Partai Golden Dawn neo-fasis yang memiliki 16 kursi di parlemen Yunani.

Setelah kejadian tersebut, Polisi Yunani dikabarkan belum bersedia berkomentar. Padahal ada sekitar 200 ribu Muslim di Athena termasuk masyarakat pemeluk agama Yunani, pengungsi, migran, dan lainnya.

Meskipun begitu, petugas hukum dari Racist Violence Recording Network Tina Stavrinaki menilai umat Muslim menjadi sasaran dari serangan tersebut.

"Mereka mengatakan hal yang sama. Mereka mengatakan bahwa mereka bertanggung jawab atas serangan terhadap migran hampir di mana-mana," tutur Stavrinaki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement