Sabtu 20 Jan 2018 20:00 WIB

Senat AS Gagal Setujui Anggaran Baru

RUU tidak mendapatkan 60 suara senat yang menjadi persyaratan

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Bilal Ramadhan
Senat Amerika
Foto: islamtimes.org
Senat Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah AS mendekati penutupan federal setelah Senat gagal menyetujui anggaran baru. Tidak jelas ke mana cara pemungutan suara berlangsung saat tenggat waktu tengah malam mendekat, dengan Partai Republik dan Demokrat terpecah pada isu-isu kunci.

Dilansir di BBC, Sabtu (20/1) disebutkan, meski sempat rapat bipartisan menit-menit terakhir, RUU yang mendanai pemerintah hingga 16 Februari tersebut tidak mendapat 60 suara yang disyaratkan. Penutupan terakhir AS terjadi pada 2013 dan berlangsung selama 16 hari.

Dewan Perwakilan Rakyat memilih suara 230 : 197 pada Kamis malam untuk memperpanjang dana sampai bulan depan, namun tindakan tersebut gagal melewati Senat. Banyak kantor pemerintah akan tutup kecuali kompromi ditemukan sebelum batas waktu tengah malam.

Jika penutupan terus berlanjut, layanan esensial masih akan berjalan. Hal itu termasuk keamanan nasional, pos, pengendalian lalu lintas udara, layanan medis rawat inap, pengobatan rawat jalan darurat, bantuan bencana, penjara, perpajakan dan produksi listrik.

Taman nasional dan monumen bisa menghadapi penutupan, yang memicu reaksi publik yang marah selama penutupan terakhir. Beberapa jam sebelum pemungutan suara, Presiden Donald Trump terdengar pesimis, men-tweet bahwa "tidak terlihat bagus untuk Militer dan Keamanan kita yang hebat di Perbatasan Selatan yang sangat berbahaya".

Trump telah mengundang pemimpin Senat Demokrat Chuck Schumer, rekan satu New Yorker, ke Gedung Putih untuk pembicaraan terakhir tapi mereka gagal menemukan kesamaan yang cukup. Muncul sekitar satu jam kemudian, Mr Schumer mengatakan kepada wartawan.

"Beberapa kemajuan telah dibuat, namun sejumlah besar ketidaksetujuan tetap ada, termasuk perbedaan pendapat mengenai keinginan Demokrat untuk memperpanjang perundingan selama lima hari," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement