REPUBLIKA.CO.ID, SURIAH -- Pesawat tempur Turki telah meluncurkan serangan udara terhadap pejuang Kurdi di Suriah Utara. Langkah ini dinilai cenderung menimbulkan ketegangan dengan Amerika Serikat (AS).
Seperti dilansir BBC, Ahad (21/1), Turki ingin mengusir para pejuang Kurdi dari wilayah Afrin yang terletak di dekat perbatasan selatan. Turki menganggap mereka sebagai kelompok teroris. Tapi beberapa di antaranya adalah sekutu AS dalam pertempuran melawan kelompok ISIS.
Turki telah membombardir daerah tersebut selama dua hari, menjelang deklarasi sebuah operasi militer pada hari Sabtu (20/1).
Rusia yang merupakan kekuatan militer utama di wilayah ini, mengatakan telah memindahkan sejumlah tentaranya yang berbasis di wilayah tersebut. Pejabat Rusia sebelumnya mengatakan, Moskow tidak akan ikut campur dalam konflik ini.
YPG Kurdi (Unit Perlindungan Rakyat Kurdi Suriah) telah menjadi bagian penting dari pertempuran melawan ISIS di Suriah dan telah didukung oleh Amerika Serikat. Namun, Turki percaya bahwa kelompok tersebut memiliki hubungan dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang. Kurdi telah menguasai Afrin sejak 2012.
Rencana militer Turki tampaknya telah dipercepat oleh sebuah pengumuman dari AS bahwa hal itu akan membantu Angkatan Bersenjata Suriah (SDF)--sebuah aliansi melawan ISIS di mana YPG menjadi anggota-- membangun pasukan keamanan perbatasan baru untuk mencegah kembalinya ISIS.
YPG dan SDF menolak kaitan dengan teroris, klaim tersebut juga didukung oleh Pemerintah AS. Namun Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebutkan, pasukan perbatasan sebagai "tentara teror".
Pada Sabtu, tentara Turki mengumumkan kampanye udara dan darat baru, yang dijuluki "Cabang Zaitun", diluncurkan pada pukul 14:00 GMT. Program ini menargetkan pejuang YPG dan ISIS. "Operasi tersebut akan dilakukan "dengan menghormati integritas wilayah Suriah," kata pernyataan dari Turki.